Rabu, 30 Desember 2009

Pembangunan ekonomi

Salah satu definisi pembangunan politik adalah sebagai prasayarat politik bagi pembangunan ekonomi. Ini hanyalah salah satu indikasi mengapa muncul gerakan separatis bangsa di indonesia. Ketimpangan pembangunan dan otonomi daerah yang terlalu dini dianggap sebagai penyebabnya (meskipun bukan berarti setuju dengan otoritarian). Daerah yang kaya akan SDA belum diiringi secara penuh dengan SDMnya, sehingga terkesan pembangunan hanya pada daerah-daerah tertentu saja.
Semakin kaya suatu bangsa, maka semakin besar peluang bangsa tersebut untuk mengembangkan demokrasi (M. Lipset). Meskipun begitu, akan terjadi sebaliknya jika dengan kekayaan yang banyak tetapi pembangunan tidak ada. Tantangan pemerataan pembangunan kiranya perlu mendapatkan prioritas dalam pembangunan kedepan. Pembangunan ekonomi yakni meningkatnya tingkat sosial ekonomi suatu bangsa akan semakin mungkin bagi warga negaranya tersebut untuk menjadi demokratis (Robert Dahl).


Pembangunan Politik

Penulis: Oleh : EM Osykar, S.W Alumni Fisipol Universitas Gadjah Mada
edisi: 13/Sep/2008 wib
MAKNA dan penggunaan istilah pembangunan politik masih bersifat ambigu dan tidak jelas (imprecision).
Variasi maknanya amat luas. Pembangunan politik sering begitu saja disamakan dengan demokrasi, dengan modernisasi, dan lain-lain. Di era Orde Baru misalnya menggunakan terminologi pembangunan politik untuk menamai program-program depolitisasi kehidupan warganya. Namun demikian dari tebaran makna dan ide pembangunan politik, ada beberapa konsep kunci yang sering muncul. Konsep-konsep inilah yang dipetakan Lucian Pye dalam tulisannya “The Meaning of Political Development”.

Menarik untuk dikupas lebih lanjut dalam tulisan ini mengenai berbagai konsep pembangunan politik yang menurut hemat penulis, ada 5 pendekatan yang dapat dikerucutkan dalam mendefinisikan pembangunan politik dari apa yang telah dipetakan Lucian Pye. Yang tentunya secara luas menjadi pedoman dan dipakai oleh berbagai kalangan politisi sebagai langkah politik mereka terutama di masa transisi demokrasi di Indonesia saat ini.

Pembangunan politik adalah syarat politik berlangsungnya pertumbuhan ekonomi. Ketika para ahli diminta mengidentifikasi apa persoalan yang dihadapi oleh pertumbuhan ekonomi, jawaban mereka adalah bahwa kondisi sosial dan politik yang harus bisa lebih berperan. Kalangan ini meyakini pembangunan politik sebagai kondisi kepolitikan (state polity) yang harus memfasilitasi pertumbuhan ekonomi.

Cara pandang seperti ini memiliki persoalan karena lebih mudah memprediksi kemungkinan sistem politik melindungi pembangunan ekonomi yang sudah dicapai (misalnya dengan mempertahankan stabilitas) daripada memfasilitasi (merintis) pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Pembangunan politik adalah modernisasi politik. Pandangan ini mirip dengan konsep sebelumnya yakni masih berkaitan dengan prestasi ekonomi. Prestasi ekonomi terutama dalam hal industrialisasi-isme dianggap sebagai kondisi puncak yang menyelesaikan semua masalah, dan harapan yang sama dibebankan pada pembangunan politik. Konsep seperti ini sudah dikritik oleh penganut relativisme kultural yang mempertanyakan Barat sebagai ukuran standar dan universal untuk semua sistem politik di dunia ini. Pertanyaan yang pertama kali perlu dijawab adalah apakah pembangunan politik ditujukan untuk meningkatkan kapasitas sebuah negara dalam kepolitikannya seperti parpol, administrasi sipil yang rasional, dan badan legislatif? Kalau jawabannya adalah iya, maka muncul persoalan etnosentrisme Barat di sini, karena semua unsur itu memang menjadi karakter Barat. Kalau jawabannya hanya sebatas tercapainya tujuan-tujuan dari elemen politik tersebut, maka akan banyak persoalan lokal yang muncul.

Pembangunan Politik sebagai salah satu bentuk dari mobilisasi massa dan partisipasi. Karena pembangunan politik adalah menyangkut peran warganegara dalam bentuk kesetiaan barunya terhadap negara. Pemimpin dan pengikut merasa pembangunan politik makin berkualitas dilihat dari tingkat demonstrasi di seluruh negeri. Pembangunan politik memang menyangkut partisipasi warganegara. Namun yang harus juga dipikirkan adalah bahaya adanya emosionalisme warganegara yang diolah oleh demagog. Karenanya penting menyeimbangkan gelora, sentimen warganegara dengan tertib politik. Inilah proses demokrasi yang sesungguhnya.

Pembangunan politik sebagai bentuk stabilitas dan perubahan sosial. Mereka yang berpendapat bahwa demokrasi tidak konsisten dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, memahami pembangunan semata-mata soal ketertiban ekonomi dan sosial, karenanya konsep kapasitas untuk perubahan yang teratur menjadi penting dalam pandangan ini.

Pembangunan politik adalah mobilisasi dan kekuasaan. Pengakuan bahwa sistem politik harus bermanfaat bagi masyarakat membawa kita pada pemahaman soal kapabilitas sistem politik. Kalau ada argumen bahwa demokrasi akan mengurangi efisiensi, berarti tingkat efisiensi politik bisa diukur. Artinya lagi, sistem politik dapat dievaluasi dari bagaimana kekuasaan absolute bekerja memobilisasi. Sistem yang tidak stabil akan beroperasi dengan margin kekuasaan yang rendah, dan para pengambil keputusan adalah lembaga-Iembaga impotent untuk mampu mencapai tujuan-tujuan politik.

Konklusi
Untuk mengambil satu kerangka filosofis dari tebaran pendekatan ini, akan ada gunanya melihat secara sekilas berbagai pemaknaan pembangunan politik demi mengisolasi mana yang paling penting dari kesemuanya. Dari lima itu, ada dua karakter dari semuanya tentang pembangunan politik; Semangat Persamaan, di semua pengertian pembangunan politik selalu ada semangat menyertakan warganegara dalam proses politik. Persamaan adalah prinsip universal, dapat diterapkan di semua proses impersonal. Persamaan juga berarti terbukanya kesempatan bagi warga negara dalam proses rekrutmen jabatan-jabatan publik dengan menggunakan standar obyektif, dan bukan askriptif.

Kapasitas Sistem Politik, kapasitas berkaitan dengan output dalam proses politik. Kapasitas juga berarti: kondisi yang mempengaruhi performa dan kondisi proses pemerintahan, efektifitas dan efisiensi dalam penerapan kebijakan publik, dan kapasitas yang berkaitan dengan rasionalitas dalam proses administrasi dan orientasi kebijakan, baik yang populis maupun yang tidak populis.

Alhasil, mengalir dari deskripsi singkat di atas, pembangunan politik dapat dirumuskan penulis sebagai proses linear, yang dimulai dari pendekatan ekonomi sebagai pondasi awal dari syarat menuju terciptanya stabilitas politik. Jadi, upaya menciptakan stabilitas dan pencapaian prestasi ekonomi yang signifikan dalam mensejahterahkan masyarakat adalah dua kata kunci yang menjadi ambisi kajian pembangunan politik.

Sejauh mana jalannya pembangunan politik dalam mengantarkan kestabilan politik di negara ini, tentunya akan sangat tergantung dari dua karakter tersebut, jika terjadi inkoherensi antara keduanya, maka yang akan tercipta adalah instabilitas politik, kekerasan dan revolusi. Sudah siapkah rakyat kita menjalaninya? Waktu akan menjawabnya. (*)







Tujuan politik pembangunan Jerman
Tujuan dari Politik Pembangunan Jerman adalah untuk memperbaiki situasi kehidupan masyarakat, terutama dari lapisan masyarakat miskin, di negara-negara mitr kami.
Politik Pembangunan Jerman mengikuti cita-cita akan terciptanya sebuah pembangunan yang berkesinambungan yang memberikan kesempatan kepada generasi sekarang untuk berkembang tanpa membatasi kesempatan bagi generasi yang akan datang.
Pembangunan global yang berkesinambungan mensyaratkan tiga hal yang harus dicapai:
• Pertumbuhan perekonomian yang produktif
• Keadilan sosial dan
• Ekologi yang berkesinambungan
Bagian Kerjasama Pembangunan membantu penerapan ketiga tujuan tersebut di negara-negara mitra kami, dimana Bagian Kerjasama membantu memerangi kemiskinan, membantu pertumbuhan perekonomian melalui pembangunan di sektor swasta dan melindungi asas kehidupan alami.
Tujuan pembangunan global yang berkesinambungan hanya dapat tercapai, apabila di negara-negara industri juga terjadi reformasi dan penyesuaian struktur di seluruh lapisan. Oleh karenanya segala daya upaya dalam bekerjasama dengan negara-negara mitra kami harus dilengkapi dengan kebijakan politik di dalam negeri yang mendukung. Ini bukan hanya merupakan syarat sebuah kepercayaan, tetapi juga suatu pandangan yang luas dalam politik pembangunan. Reformasi di dalam negera-negara industri juga menjamin ruang gerak finansial bagi kelanjutan bantuan luar negeri jangka panjang.
Politik pembangunan adalah suatu tugas bersama yang mensyaratkan adanya tujuan-tujuan bersama. Tujuan tersebut membentuk kerangka kerjasama dengan negara-negara mitra kami. Jerman membantu secara aktif di dunia internasional dalam penerapan tujuan bersama yang telah ditetapkan dalam konferensi-konferensi internasional di New York, Monterrey, Johannesburg, Paris dan Accra.
Aksi program lintas resor 2015 merupakan instrumen utama Pemerintah Jerman dalam memenuhi tugas ini. Aksi program tersebut berorientasi kepada tiga motiv utama yaitu pengentasan kemiskinan, menjamin perdamaian, melakukan globalisasi yang adil.
Penanggung jawab adalah Kementrian Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi Jerman (BMZ).

Senin, 21 Desember 2009

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS BERITA DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOMPONEN PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI I KAJORAN KABUPAT

Peningkatan ketrampilan menulis teks berita dengan Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan pada siswa kelas VIII…..

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS BERITA

DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOMPONEN PEMODELAN

PADA SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI I KAJORAN

KABUPATEN MAGELANG

TAHUN PENGAJARAN 2004/2005

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama : Korib Farhan

NIM : 2101401053

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005


PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, 14 September 2005

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Mimi Mulyani, M.Hum. Drs. Haryadi, M.Pd.

NIP 131863779 NIP 132058082


ii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

pada hari : Rabu

tanggal : 14 September 2005

Panitia Ujian Skripsi

Ketua,

Prof. Dr. Rustono, M.Hum.

NIP 131281222

Sekretaris,

Drs. Mukh Doyin, M.Si.

NIP 132106367

Penguji I,

Drs. Wagiran, M.Hum.

NIP 132050001

Penguji II,

Drs. Haryadi, M.Pd.

NIP 132058082

Penguji III,

Dra. Mimi Mulyani, M.Hum.

NIP 131863779


iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 14 September 2005

Korib Farhan


iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto: - Keinginan, angan-angan, dan harapan tidak akan terwujud tanpa adanya sebuah perbuatan.

- Akulah yang bisa menentukan masa depanku, yang lain hanya bisa membantu.

Kupersembahkan untuk:

- Ibuku yang melahirkan, menyusui, dan membesarkanku.

- Ayahku yang mendidik dan menafkahiku.

- Kakak-kakakku yang memberi teladan bagiku.

- Krucil-krucil yang memberi senyuman manis dihatiku.

- Adinda Farell yang selalu memberi semangat dan harapan.

- Guru dan almamaterku yang mengantarkan langkahku.


v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan fasilitas yang diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rustono, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini;

2. Drs. Mukh Doyin, M.Si., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian;

3. Dra. Mimi Mulyani, M.Hum., dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan ide, dan koreksi dengan kesabaran dan kesungguhan selama proses penyelesaian skripsi;

4. Drs. Haryadi, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukan ide, dan dorongan sehingga skripsi ini dapat selesai;

5. Semua dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis;

6. Petugas TU Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, TU Fakultas Bahasa dan Seni, dan petugas Kombat yang telah membantu dan memberikan kemudahan dalam urusan administrasi dan peminjaman buku;

7. Teman-teman PBSI angkatan 2001 yang selalu semangat dalam kebersamaan; serta

8. Semua pihak dan instansi yang membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca dan dapat menjadi sumbangan bagi dunia pendidikan.

Semarang, 14 September 2005

Penulis


vi

SARI

Farhan, Korib. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita dengan Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri I Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pengajaran 2004/2005. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Mimi Mulyani, M.Hum., Pembimbing II: Drs. Haryadi, M.Pd.

Kata kunci: keterampilan menulis teks berita, pembelajaran kontekstual, pemodelan.

Keterampilan menulis teks berita siswa SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang masih kurang. Hal ini disebabkan oleh faktor ketidaktepatan pemilihan pendekatan pembelajaran yang digunakan guru. Pendekatan yang digunakan oleh guru masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan sehingga ceramah menjadi pilihan utama dalam pembelajaran tersebut. Faktor lain yang berasal dari siswa adalah kurangnya motivasi untuk menulis teks berita karena ada anggapan bahwa menulis teks berita adalah kegiatan yang sulit.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana peningkatan keterampilan menulis teks berita pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan (2) perubahan tingkah laku siswa setelah pembelajaran menulis teks berita dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis teks berita siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, dan (2) perubahan tingkah laku pada siswa. Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah menambah khasanah pengetahuan tentang menulis teks berita dan mengembangkan teori pembelajaran menulis teks berita melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, manfaat bagi guru adalah memberikan alternatif pemilihan pendekatan pembelajaran menulis teks berita khususnya dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, sedangkan bagi siswa dapat meningkatkan keterampilan menulis teks berita.

Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis teks berita siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang. Variabel dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis teks berita dan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui perhitungan dari masing-masing siklus kemudian dibandingkan yaitu antara hasil siklus I dengan hasil siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase


vii

peningkatan keterampilan menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, sedangkan teknik nontes yang digunakan adalah melalui observasi, wawancara, dan jurnal. Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes menulis teks berita pada siklus I dan II.

Keterampilan menulis teks berita pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang meningkat setelah menggunakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sebesar 12,39%. Rata-rata skor pada siklus I menunjukan peningkatan dibandingkan dengan rata-rata skor pada prasiklus 68,29%menjadi 74,51%. Rata-rata skor yang dicapai pada siklus II sebesar 80,68% , ini menunjukan peningkatan sebesar 13,50% dari prasiklus ke siklus I, 69,29% dari siklus I ke siklus II, dan 18,93% dari siklus prasiklus ke siklus II. Perubahan tingkah laku yang tampak dalam pembelajaran menulis teks berita dengan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan yaitu siswa merasa senang, lebih bersemangat, aktif, dan lebih mandiri dalam mengerjakan tugasnya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya menggunakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam kegiatan menulis teks berita. Kemudian, siswa supaya mengikuti pembelajaran dengan baik dan berlatih menulis khususnya teks berita. Saran yang ditujukan kepada peneliti lain adalah agar melaksanakan penelitian lanjutan dari penelitian ini dengan aspek yang lain, untuk khasanah ilmu bahasa.


viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING.................................................. ii

PENGESAHAN KELULUSAN................................................................... iii

PERNYATAAN............................................................................................ iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................ v

PRAKATA.................................................................................................... vi

SARI ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL......................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................... 7

1.3 Pembatasan Masalah......................................................................... 8

1.4 Rumusan Masalah............................................................................. 9

1.5 Tujuan Penelitian.............................................................................. 9

1.6 Manfaat Penelitian............................................................................ 10

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................... 11

2.2 Landasan Teoretis............................................................................. 15

2.2.1 Hakikat Menulis................................................................................ 15

2.2.2 Tujuan Menulis................................................................................. 17

2.2.3 Manfaat Menulis............................................................................... 18

2.2.4 Hakikat Teks Berita.......................................................................... 20


ix

2.2.5 Persyaratan Berita............................................................................. 21

2.2.6 Unsur Berita...................................................................................... 23

2.2.7 Bahasa Berita.................................................................................... 26

2.2.8 Sifat Berita........................................................................................ 27

2.2.9 Jenis dan Macam Berita.................................................................... 28

2.2.10 Pembelajaran Kontekstual................................................................. 30

2.2.11 Komponen Modeling (Pemodelan)................................................... 33

2.2.12 Metode Pembelajaran Menulis.......................................................... 35

2.2.13 Pembelajaran Menulis Teks Berita dengan Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan...................................................................... 38

2.3 Kerangka Berpikir............................................................................. 39

2.4 Hipotesis............................................................................................ 42

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian............................................................................... 43

3.1.1 Prosedur Tindakan pada Siklus I...................................................... 44

3.1.2 Prosedur Tindakan pada Siklus II..................................................... 46

3.2 Subjek Penelitian............................................................................... 49

3.3 Variabel Penelitian............................................................................ 50

3.3.1 Variabel Keterampilan Menulis Teks Berita..................................... 50

3.3.2 Variabel Penggunaan Pembelajaran Kontekstual Komponen

Pemodelan......................................................................................... 51

3.4 Instrumen Penelitian......................................................................... 51

3.4.1 Tes..................................................................................................... 51

3.4.2 Nontes............................................................................................... 57

3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 58

3.5.1 Teknik Tes......................................................................................... 58

3.5.2 Teknik Nontes................................................................................... 59

3.6 Teknik Analisis Data......................................................................... 61

3.6.1 Teknik Kuantitatif............................................................................ 61

3.6.2 Teknik Kualitatif............................................................................... 62


x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Prasiklus............................................................................................ 63

4.2 Siklus I.............................................................................................. 64

4.2.1 Data Tes............................................................................................ 64

4.2.2 Data Nontes....................................................................................... 72

4.3 Siklus II............................................................................................. 77

4.3.1 Data Tes............................................................................................ 77

4.3.2 Data Nontes....................................................................................... 85

4.4 Pembahasan....................................................................................... 89

4.4.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita............................... 90

4.4.2 Perubahan Perilaku siswa.................................................................. 93

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan........................................................................................... 96

5.2 Saran.................................................................................................. 97

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 99

LAMPIRAN................................................................................................. 101


xi

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1. Skor Penilaian......................................................................................... 52

2. Kriteria Penilaian Teks Berita................................................................. 53

3. Penilaian Keterampilan Menulis Teks Berita......................................... 56

4. Hasil Keterampilan menulis Teks Berita Prasiklus................................. 63

5. Hasil Keterampilan menulis Teks Berita Siklus I................................... 65

6. Hasil Kelengkapan Isi BeritaSiklus I...................................................... 66

7. Hasil Keruntututan Pemaparan Siklus I................................................... 67

8. Hasil Penggunaan Kalimat Siklus I.......................................................... 68

9. Hasil Kosakata yang Digunakan Siklus I................................................ 69

10. Hasil Kemenarikan Judul Siklus I........................................................... 70

11. Hasil Ketepatan Penggunaan Ejaan Dalam Berita Siklus I..................... 71

12. Hasil Observasi Siklus I.......................................................................... 73

13. Hasil Keterampilan menulis Teks Berita Siklus II.................................. 77

14. Hasil Kelengkapan Isi BeritaSiklus II..................................................... 78

15. Hasil Keruntututan Pemaparan Siklus II................................................. 79

16. Hasil Penggunaan Kalimat Siklus II....................................................... 80

17. Hasil Kosakata yang Digunakan Siklus II.............................................. 81

18. Hasil Kemenarikan Judul Siklus II......................................................... 83

19. Hasil Ketepatan Penggunaan Ejaan Dalam Berita Siklus II................... 84

20. Hasil Observasi Siklus I.......................................................................... 85

21. Rekapitulasi Rata-Rata Pencapaian Keterampilan.................................. 90

22. rekapitulasi Hasil Observasi.................................................................... 94


xii

DAFTAR BAGAN

BAGAN Halaman

1. Kerangka berpikir...................................................................................... 41

2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas............................................................. 43


xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

1. Rencana Pembelajaran Siklus I......................................................... 101

2. Rencana Pembelajaran Siklus II........................................................ 105

3. Contoh Model Teks Berita................................................................ 109

4. Lembar Jawaban Siswa..................................................................... 115

5. Lembar Rekapitulasi Nilai Tes.......................................................... 116

6. Lembar Observasi............................................................................. 117

7. Lembar Jurnal.................................................................................... 118

8. Lembar Pedoman Wawancara........................................................... 119

9. Rekapitulasi Nilai Hasil Tes Kondisi Awal...................................... 120

10. Rakapitulasi Nilai Hasil Tes Siklus I................................................ 121

11. Rekapitulasi Nilai Hasil Tes Siklus II............................................... 122

12. Tabel Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Tahap Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II....................................................... 123

13. Data Observasi Siklus I..................................................................... 124

14. Data Observasi Siklus II................................................................... 125

15. Tabel Perubahan Perilaku Siswa....................................................... 126

16. Hasil Tes Prasiklus............................................................................ 127

17. Hasil Tes Siswa Siklus I.................................................................... 129

18. Hasil Tes Siswa Siklus II.................................................................. 131

19. Hasil Jurnal Siklus I.......................................................................... 132

20. Hasil Jurnal Siklus II......................................................................... 134

21. Surat Izin Penelitian......................................................................... 136

22. Surat Keterangan Selesai Penelitian.................................................. 137


xiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Mutu pendidikan yang tinggi menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penyerapan hak asasi manusia, kehidupan demokratis, globalisasi, dan otonomi daerah.

Pemberlakuan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya (Depdiknas 2003a:2).

Standar Kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia SMP dan MTs adalah: (1) mampu mendengarkan dan memahami beraneka ragam wacana lisan, baik sastra maupun nonsastra; (2) mampu mengungkapkan pikiran, pendapat,


2

gagasan, dan perasaan secara lisan; (3) mampu membaca dan memahami suatu teks bacaan sastra dan nonsastra dengan kecepatan yang memadai; (4) mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan; (5) mampu mengapresiasi berbagai ragam sastra (Depdiknas 2003b:4).

Untuk mencapai standar kompetensi di atas maka kegiatan belajar adalah lebih daripada sekedar pengajaran. Kegiatan belajar adalah kegiatan pembelajaran. Siswa belajar bukan hanya dari guru melainkan dari teman-teman sekelas, sesekolah, dari sumber belajar lain. Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru juga harus dapat membawa siswa ke pembelajaran yang bermakna.

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan materi yang disajikan secara sistematis sesuai dengan kenyataan bahasa di masyarakat, diharapkan siswa mampu menyerap materi tentang berbagai hal, mampu mencari sumber, mengumpulkan, menyaring, dan menyerap pelajaran yang sebanyak-banyaknya sekaligus dapat berlatih mengenai Bahasa Indonesia, khususnya keterampilan menulis.

Kurikulum Berbasis Kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa siswa, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia. Standar Kompetensi yang disiapkan dengan bahasa nasional dan bahasa negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual dalam produk budaya, yang berkonsekuensi pada fungsi dan tujuan mata pelajaran Bahasa dan


3

Sastra Indonesia sebagai (1) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa dan Sastra Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan penalaran, dan (6) sarana pemahaman keberanekaragaman budaya Indonesia melalui kahasanah kesastraan Indonesia (Depdiknas 2003d : 2-3). Untuk itulah, tujuan pembelajaran disajikan dalam komponen kebahasaan, komponen pemahaman, dan komponen penggunaan secara terpadu.

Pembelajaran menulis pada siswa SMP yang dilaksanakan selama ini kurang produktif. Guru pada umumnya menerangkan hal-hal yang berkenaan dengan teori menulis. Sementara pelatihan menulis yang sebenarnya jarang dibahas atau disampaikan, seperti penggunaan tanda baca dalam menulis, memadukan kalimat, menyatukan paragraf yang baik, kurang mendapat perhatian. Padahal tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa yang meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemahiran bahasa merupakan proses belajar bahasa yang pada umumnya melalui hubungan yang teratur (Depdiknas 1994:1)

Keberhasilan belajar mengajar bergantung pada faktor-faktor pendukung terjadinya pembelajaran yang efisien. Beberapa faktor mengajar yang perlu diperhatikan supaya proses belajar berlangsung baik adalah kesempatan untuk belajar, pengetahuan awal siswa, refleksi, motivasi, dan suasana yang


4

mendukung. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, diharapkan dapat tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan siswa melakukan aktivitas secara optimal untuk mencapai tujuan keterampilan berbahasa yang terdiri atas empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

Dari keempat aspek yang dilatihkan siswa, menulis merupakan keterampilan yang harus mendapat perhatian secara sungguh-sungguh. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis masih rendah. Padahal kemampuan ini sangat penting. Menulis juga merupakan kemampuan puncak berbahasa seseorang, yang meliputi keterampilan memilih kosa kata, menggunakan struktur kalimat, menerapkan ejaan maupun tanda baca, dan menulis teks berita.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tanpa tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan dimiliki seseorang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik secara terus-menerus. Dengan menulis secara terus-menerus dan latihan yang sungguh-sungguh, keterampilan tersebut dapat dimiliki oleh siapa saja. Keterampilan itu juga bukanlah suatu keterampilan yang sederhana, melainkan menuntut sejumlah


5

kemampuan. Betapapun sederhananya tulisan yang dibuat, penulis tetap dituntut memenuhi persyaratan seperti yang dituntut apabila menulis tulisan yang rumit.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama ini alokasi waktu pembelajaran menulis di sekolah-sekolah yang salah satunya di SMP, relatif lebih kecil. Hal ini berdampak pada keterampilan menulis mereka belum maksimal sehingga setelah para siswa menamatkan jenjang sekolah, dikhawatirkan belum mampu menggunakan keterampilan berbahasa secara baik dan benar.

Dari observasi di kelas, peneliti menemukan fenomena bahwa pada saat diberi kesempatan menulis teks berita, para siswa tidak mementingkan isi berita. Mereka belum paham betul cara membuat tek berita dengan memperhatikan 5W + H (siapa yang menjadi bahan berita, apa yang terjadi, di mana peristiwa itu terjadi, kapan peristiwa itu terjadi, mengapa hal itu terjadi, dan bagaimana jalannya peristiwa itu). Mereka lebih mementingkan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya dan terselesaikan dengan cepat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang kelas VIIIA saat ini kondisi kemampuan menulis berita siswa kelas tersebut rendah. Adapun rendahnya kemampuan tersebut disebabkan kurang mampu menemukan 5W + H (siapa yang menjadi bahan berita, apa yang terjadi, di mana peristiwa itu terjadi, kapan peristiwa itu terjadi, mengapa hal itu terjadi, dan bagaimana jalannya peristiwa itu) dalam sebuah teks berita dan belum dapat menerapkan unsur 5W + H tersebut dalam menulis teks berita. Sedangkan hasil wawancara dengan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang tahun pengajaran


6

2004/2005 diperoleh data sebagai berikut. Sebanyak 30 dari 41 siswa menyukai mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Siswa yang menyatakan bahwa menulis teks berita tidak mudah sebanyak 30, sedangkan yang menyatakan bahwa menulis mudah sebanyak 11 siswa. Di samping itu, berdasarkan wawancara dengan siswa, pada umumnya mereka tidak termotivasi untuk menulis teks berita sebab setiap menulis teks berita mereka jarang memperoleh nilai tinggi. Dengan demikian, keterampilan menulis teks berita siswa VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang perlu ditingkatkan.

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupannya sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektifitas, yakni kontruktivisme (Contructivisme), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdikbud 2002 : 5).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat membawa pengaruh yang besar pada pendidikan di Indonesia. Hal ini juga berpengaruh pada perubahan dan perkembangan pendidikan, metode dan media atau sarana pendidikan. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan (modeling) diharapkan dapat mengatasi kesulitan dalam menulis teks berita siswa SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang, khususnya siswa kelas VIIIA. Dalam pembelajaran tersebut akan mengaitkan antara materi yang


7

diajarkannya dengan dunia nyata siswa. Di samping itu, dalam pembelajaran tersebut akan dihadirkan sebuah model teks berita saat pembelajaran. Dengan model ini, siswa berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur-unsur teks berita dan menemukan (mencatat) apa, siapa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana tentang peristiwa yang terjadi sebelum mereka membuat teks berita, sehingga siswa mampu menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas. Dengan menghadirkan model teks berita dalam pembelajaran, mereka dapat meniru struktur sebuah teks berita.

Penggunaan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan (modeling) dalam menulis teks berita ini dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP. Untuk itulah, peneliti akan melakukan penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis teks berita dengan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang.

1.2 Identifikasi Masalah

Keberhasilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia berkaitan erat dengan keterampilan menulis dan ditentukan pula oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dan faktor siswa.

Keterampilan menulis teks berita siswa SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang masih kurang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh faktor 1)


8

ketidaktepatan pemilihan pendekatan pembelajaran, selama ini pendekatan yang digunakan oleh guru masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan sehingga ceramah menjadi pilihan utama dalam pembelajaran tersebut; 2) guru banyak menerangkan tentang teori menulis tetapi tidak banyak memberikan latihan membuat karangan teks berita; 3) guru tidak pernah memberikan contoh konkret teks berita kepada siswa. Berdasarkan observasi dengan wawancara secara langsung kepada siswa, faktor lain yang mempengaruhi nilai keterampilan menulis teks berita adalah 1) siswa kurang latihan menulis teks berita; 2) siswa kurangnya motivasi untuk menulis teks berita; 3) ada anggapan bahwa menulis teks berita adalah kegiatan yang sulit; 4) siswa kurang pengetahuan tantang contoh nyata teks berita.

1.3 Pembatasan Masalah

Masalah yang dibahas dalam skripsi adalah peningkatan keterampilan menulis teks berita siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang tahun pengajaran 2004/2005 dengan pembelajaran pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita di dalam penelitian ini, peneliti berupaya mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menulis teks berita. Peneliti membatasi permasalahan karena peneliti berfokus pada peningkatan kemampuan siswa menulis teks berita dengan memperhatikan aspek kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H), keruntututan pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami), penggunaan kalimat


9

(singkat dan jelas), kosakata yang digunakan bahasa yang tepat, kemenarikan judul, dan ketepatan penggunaan ejaan dalam berita.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis teks berita pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan?

2. Bagaimanakah perubahan tingkah laku siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang setelah pembelajaran menulis teks berita dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis teks berita siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.


10

2. Mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang setelah pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini adalah menambah khasanah pengetahuan tentang menulis teks berita. Selain itu, mengembangkan teori pembelajaran menulis teks berita melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah bagi guru, siswa, dan peneliti.

a. Manfaat bagi guru adalah memberikan alternatif pemilihan pendekatan pembelajaran menulis teks berita dan dapat mengembangkan keterampilan guru Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

b. Manfaat bagi siswa adalah dapat meningkatkan keterampilan menulis teks berita.

c. Manfaat bagi peneliti adalah dapat menambah wawasan mengenai penggunaan pendekatan kontekstual.


BAB II

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam komunikasi adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis adalah suatu proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Ide atau gagasan tersebut kemudian dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat. Hasil kegiatan menulis dibaca orang lain. Agar orang lain dapat membaca tulisan tersebut dituntut adanya bahasa yang mudah dipahami. Oleh karena itu, keterampilan ini membutuhkan perhatian dan keseriusan dari seluruh penyelenggara pendidikan, terutama guru dan kurikulum yang mendukung.

Realitas menunjukkan bahwa keterampilan menulis belum optimal dikuasai oleh siswa. Pada umumnya mereka menganggap bahwa menulis bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Menulis memerlukan sejumlah potensi pendukung yang untuk mencapainya dibutuhkan kesungguhan, kemauan keras, bahkan belajar dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian, wajar bila dikatakan bahwa menciptakan iklim budaya tulis-menulis atau mengarang akan mendorong seorang untuk lebih aktif, kreatif, dan cerdas (Nursito,1999:4).

Siregar (1987:197) tidak mempercayai apabila ada orang yang menyatakan tidak bisa menulis, dia mengomentari bahwa yang ada hanya rasa malas. Hal terseut dikarenakan setiap manusia memiliki otak dan perasaan yang pada dasarnya sudah memiliki konsep penulisan. Oleh karena itu, guru hendaknya


12

mencari dan menerapkan metode maupun pembinaan media dalam upaya peningkatan kemampuan keterampilan menulis siswa.

Penelitian tentang keterampilan menulis telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain penelitian keterampilan menulis naratif, deskriptif, dan argumentatif. Penelitian tentang menulis teks berita masih terbatas. Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian keterampilan menulis teks berita. Penelitian ini berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita dengan Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang.

Penelitian tindakan kelas tentang keterampilan menulis merupakan penelitian yang menarik. Banyaknnya penelitian tentang keterampilan menulis itu dapat dijadikan salah satu bukti bahwa keterampilan di sekolah-sekolah sangat menarik untuk diteliti. Penelitian keterampilan menulis telah dilakukan, antara lain oleh Sukris (2000), Thomas Bagiyo (2004), Suryanto (2004), dan Dwi Astuti (2004).

Sukris (2000) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Narasi Melalui Media Rekacerita Bergambar Siswa Kelas II E SLTP N 3 Jekulo mengkaji peran media rekacerita bergambar dalam karangan narasi eksipositoris dan perubahan tingkah laku siswa. Hasil yang diperoleh adalah bahwa media reka cerita bergambar sangat efektif untuk melatih keterampilan berbahasa siswa, khususnya menulis. Hal ini dibuktikan adanya peningkatan denga rata-rata kelas pada siklus I yang mendapat 64,24% dan 69,78% pada siklus II serta tingkah laku siswa juga berubah dilihat dari data


13

nontes. Perubahan tingkah laku siswa, seperti kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian siswa menerima pembelajaran. Keaktifan dalam mengerjakan tugas.

Bagiyo (2004) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama dengan Teknik Modeling pada Siswa-siswi Kelas IV D PL Bernadus Semarang. Bagiyo mencoba teknik Modeling sebagai upaya peningkatan kemampuan keterampilan menulis teks drama. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terbukti keterampilan menulis teks drama siswa meningkat setelah pembelajaran menggunakan teknik modeling. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil siklus I sebesar 90,00 dengan rata-rata 64,48 dan pada siklus II meningkat menjadi 90,00 dengan nilai rata-rata 73,6.

Suryanto (2004) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Teknik Modeling pada Siswa Kelas II SLTP I Sukorejo Kendal mengkaji peran teknik modeing dalam peningkatan menulis karangan narasi dan perubahan tingkah laku siswa. Hasil penelitian ini menerangkan bahwa teknik modeling dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi. Selain itu, terjadi perubahan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil presentase rata-rata siklus I yang mencapai 72,2% dan hasil siklus II 80%, terlihat adanya peningkatan dari siklus I dan siklus II sebesar 7,8% berdasarkan hasil nontes dalam mengikuti pembelajaran, perhatian sisa dalam menerima pembelajaran.

Astuti (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual


14

Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang yang mengkaji peran pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam peningkatan keterampilan menulis karangan narasi dan perubahan tingkah laku. Hasil penelitian ini adalah pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi dan adanya perubahan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil rata-rata tes siklus I yang mencapai 63,77 dan hasil siklus II dan silus II sebesar 74,23. Adanya peningkatan dengan presentase rata-rata 80%. Berdasarkan hasil nontes juga mengalami perubahan tingkah laku, seperti kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian siswa dalam menerima pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Astuti merupakan penelitian tindakan kelas yang paling relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Hal tersebut dibuktikan dengan kesamaan teknik pemodelan melalui pendekatan kontekstual. Perbedaan yang tampak pada penelitian yang dilakukan oleh Astuti menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi tingkat SMK. Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita pada tingkat SMP.

Penelitian ini berkedudukan sebagai pelengkap dari penelitian-penelitian yang lain. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Pada penelitian ini akan dikaji tentang peningkatan menulis teks berita dan perubahan tingkah laku siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran


15

Kabupaten Magelang terhadap pembelajaran menulis teks berita. Pada penelitian ini, guru akan menghadirkan contoh atau model teks berita saat pembelajaran sehingga siswa dapat membuat tek berita yang baik dan benar karena sebelumnya siswa telah membaca dan mengamati struktur teks berita yang ada dalam model tersebut. Dengan demikian, diharapkan keterampilan menulis teks berita meningkat dan terjadi perubahan tingkah laku yang positif.

2.2 Landasan Teoretis

2.2.1 Hakikat Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung tidak tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur kata, dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Tarigan 1986:3-4).

Sujanto (1988: 56) mengungkapkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dilandasi dengan pengetahuan kebahasaan, baik tentang kaidah-kaidah maupun laras-larasnya dan menulis juga merupakan suatu proses yang tidak mungkin datang adanya latihan. Menurut Lado (dalam Ahmadi 1997:143), menulis adalah meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat


16

membaca simbol-simbol grafis itu, sebagai penyajian satuan-satuan ekspresi bahasa.

Menurut Akhadiah (1997:3) menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang sudah disepakati pemakaiannya. Komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu (1) penulis sebagai suatu pesan, (2) pesan atau isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, (4) pembaca sebagai penerima pesan.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain dengan medium bahasa yang telah disepakati bersama dan tidak secara tatap muka. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif, maka keterampilan ini harus selalu dilatihkan dan disertai dengan praktek yang teratur.

2.2.2 Tujuan Menulis

Hartig (dalam Tarigan 1986:24-25) mengungkapkan bahwa tujuan menulis adalah (1) assignment purpose (tujuan penugasan) yaitu penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri; (2) altruistic purpose (tujuan altruistic) yaitu penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya,


17

ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu; (3) persuasive purpose (tujuan persuasif) yaitu tulisan yang bertujuan untuk menyakinkan para pembaca dan kebenaran gagasan yang diutarakan; (4) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) yaitu tulisan yang bertujuan untuk memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca; (5) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri) yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sebagai sang pengarang kepada para pembaca; (6) creative purpose (tujuan kreatif) yaitu tulisan yang bertujuan untuk mencapai nilai-nilai artistic dan nilai-nilai kesenian; (7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) yaitu tulisan yang bertujuan untuk mencerminkan atau menjelajahi pikiran-pikiran agar dapat dimengerti oleh pengarang.

Menurut Sujanto (1988: 68) tujuan menulis adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri seseorang. Tulisan mengandung nada yang serasi dengan maksud dan tujuannya. Menulis tidak mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan serasi, tetapi harus menentukan siapa yang akan membaca tulisan tersebut.

Semi (1990:19) berpendapat bahwa tujuan menulis adalah: (1) memberikan arahan, yakni memberikan petunjuk kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu; (2) menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian atau penjelasan tentang sesuatu hal yang diketahui oleh orang lain; (3) menceritakan kejadian, yaitu memberikan informasi tentang sesuatu yang berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu; (4) meringkaskan, yaitu


18

membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi singkat; (5) meyakinkan, yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan orang lain agar setuju atau sependapat dengannya.

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi pembaca, meyakinkan, dan memberi hiburan. Tujuan menulis juga dapat memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan kejadian, memberikan informasi tentang sesuatu yang berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu, meringkas atau membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi lebih singkat.

2.2.3 Manfaat Menulis

Menulis merupakan sesuatu yang kompleks. Kekompleksitasan menulis terletak pada tuntutan kemampuan menyelaraskan beberapa aspek, yaitu kemampuan menuangkan ide, gagasan, pendapat yang diramu dengan aturan yang ada, serta keinginan pembaca. Seorang penulis perlu memiliki kemampuan mengungkapkan sesuatu dari tahap prapenulisan sampai dengan perevisian, karena menulis selain untuk membaca tulisan seseorang kalau tulisan itu dikemas sesuai dengan keadaan pembacanya. Dengan demikian, mau tidak mau penulis harus memiliki nalar, menghubung-hubungkan, serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya.

Seorang penulis dalam menulis harus memiliki keterampilan menyerap, mencari, dan menguasai informasi yang berhubungan dengan topik


19

tulisan sehingga dengan wawasan itu pembaca menjadi ketagihan membaca tulisannya karena pembaca merasa puas. Hal-hal itulah yang menyebabkan kegiatan menulis merupakan sesuatu yang sangat sulit sehingga orang/siswa kurang berminat untuk dapat menulis dengan baik dan benar.

Akhadiah, dkk (1991 dalam Suriamiharja dkk. 1997:4-5) banyak manfaat yang didapat dari kegiatan menulis bagi penulis itu sendiri yang diantaranya adalah (1) penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya; (2) penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan; (3) penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguaasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis; (4) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat; (5) penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif; (6) dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret; (7) dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif; dan (8) dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.

Akhadiah (1997 : 14) mengemukakan bahwa manfaat menulis adalah (1) menulis menyumbang kecerdasan; (2) menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreatif; (3) menulis menumbuhkan keberanian; dan (4) menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.


20

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis adalah dapat membantu untuk mengungkapkan kemampuan menulis, mengembangkan daya imajinatif dan kreatif, dan menulis sangat membantu penulis menjadi terbiasa berpikir sistematis serta berbahasa secara tertib dan teratur.

2.2.4 Hakikat Teks Berita

Syarifudin (1972 dalam Djuroto 2003 :6) menyatakan bahwa berita adalah suatu laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik perhatian publik massa media. Pendapat yang senada diutarakan oleh Wahyudi (1991 dalam Djuroto 2003:6), bahwa berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai yang penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik. Peristiwa atau pendapat tidak dipublikasikan melalui media massa periodik.

Berita adalah pernyataan antar manusia sebagai pemberitahuan tentang peristiwa atau keadaan atau gagasan yang disampaikan secara tertulis atau lisan, atau dengan isyarat jika pernyataan atau pemberitahuan ini disalurkan melalui media pers, orang menyebutnya berita pers (Suriamiharja, dkk 1996/1997:64).

Menurut Suhandang (2004 :103), berita adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang


21

banyak. Peristiwa yang melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta ini, yang terjadipun aktual dalam arti “baru saja” atau hangat dibicarakan orang banyak.

Dari keempat pendapat tesebut di atas, dapat diambil simpulan bahwa berita adalah laporan tentang kejadian atau peristiwa yang menarik atau memiliki nilai yang penting, masih baru, dan ditujukan atau dipublikasikan kepada masyarakat luas melalui media massa.

2.2.5 Persyaratan Berita

Untuk bisa menulis berita kita harus mengetahui persyaratan berita. Persyaratan dalam menulis berita yaitu 5W+ H (What, Who, Where, Why, When dan How). Untuk negara kita Indonesia rumusan ini ditambah satu lagi S (Security) atau keamanan (Djuroto 2003 : 10-11).

What (apa) : Artinya, apa yang tengah terjadi. Peristiwa atau kejadian apa yang sedang terjadi. Misalnya kecelakaan, kebakaran, pembunuhan, petampokan, perang, olahraga, dan sebagainya.

Who (siapa) : Artinya, siapa pelaku kejadian atau peristiwa itu. Siapa saja yang terlibat. Misalnya peristiwa perkelahian antar pelajar. Siapa pelakunya? SMP “SESUKAKU” lawan SMP “SEMAUKU”.


22

Where (di mana) : Artinya, di mana peristiwa atau kejadian itu berlangsung. Misalnya di sepanjang jalan menuju lapangan olahraga.

When (kapan) : Artinya, kapan peristiwa atau kejadian itu berlangsung. Misalnya pagi tadi, sore kemarin, atau pagi kemarin.

Why (mengapa) : Artinya, mengapa kejadian itu bisa terjadi. Misalnya, karena pelajar putrid SMP “SESUKAKU” diganggu oleh pelajar putra SMP “SEMAUKU”, sehingga menimbulkan kemarahan para pelajar putra SMP “SESUKAKU”,maka terjadilah perkelahian itu.

How (bagaimana) : Artinya, bagaimana kejadian itu bisa berlangsung. Misalnya, ketika pelajar putri SMP SESUKAKU mengambil bola di dekat kerumunan anak-anak SMP SEMAUKU, tiba-tiba pelajar putra SMP SEMAUKU mencolek pantat pelajar putri SESUKAKU itu. Akibatnya teman-teman pelajar putri menjadi gerang. Terjadilah perkelahian itu. Mula-mula seorang lawan seorang, namun akhirnya menjadi perkelahian massal.

Security (aman) : Keamanan (aman bagi keseluruhan) artinya, apakah data yang kita ambil dari peristiwa atau kejadian itu apabila kita jadikan berita kemudian kita siarkan, bisa menjadi aman. Misalnya: peristiwa penganiayaan pembantu rumah tangga (kasus Ira di Surabaya tahun 1989). Meskipun kasus didukung data yang benar, tetapi karena


23

tindakan yang tidak manusiawi itu sempat termuat di surat kabar, masyarakat menjadi marah. Akibatnya terjadi demontrasi massal yang mengganggu keamanan secara nasional. Ini tidak boleh terjadi.

Djuroto (2003:12) menyatakan bahwa selain 5W+H+S, satu lagi yang masuk dalam persyaratan berita, yakni kebenaran. Artinya sebuah berita harus benar. Karena banyak kejadian atau peristiwa atau pendapat orang yang (dikira) merupakan fakta tetapi ternyata banyak mengandung kebohongan. Padahal fakta merupakan data utama.

2.2.6 Unsur Berita

Menurut Djuroto (2003:13-25), untuk bisa membuat berita yang baik, selain mengetahui pengertian dan persyaratan berita, harus pula memahami unsur berita, yakni unsur-unsur yang harus terdapat dalam berita. Sebuah berita harus dapat menarik perhatian pembaca. Unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam menulis berita adalah sebagai berikut.

1. Aktual atau baru (termasa)

Unsur aktual atau baru merupakan bagian penting agar berita kita dapat menarik perhatian. Sesuatu yang baru, peristiwa yang baru terjadi, kejadian yang masih hangat dibicarakan masyarakat lebih menarik, dibandingkan dengan kejadian atau peristiwa yang sudah lama.


24

2. Jarak

Jauh dekatnya jarak yang terimbas pada berita merupakan unsur yang perlu diperhatikan. Apabila kita membuat berita untuk kepentingan warga kota, maka peristiwa yang terjadi di lingkungan kota, lebih menarik perhatian daripada peristiwa di kota lain.

3. Terkenal (ternama)

Penting tidaknya perstiwa untuk diberitakan, tidak hanya terletak pada besar kecilnya peristiwa, menarik atau tidaknya kejadian itu, tetapi juga terkenal atau tidaknya subjek yang terkait pada peristiwa tersebut.

4. Keluarbiasaan

Kejadian atau peristiwa yang aneh dan luar biasa, selalu menarik perhatian.

5. Akibat

Kejadian yang dapat menimbulkan akibat atau pengaruh biasanya menarik perhatian masyarakat. Suatu kejadian yang mempunyai pengaruh atau akibat, selalu menarik perhatian masyarakat karena menggugah sifat egosentris manusia.

6. Ketegangan

Unsur ketegangan dijadikan dasar untuk membuat pembaca tetap terangsang negikuti pemberitaan kita.

7. Pertentangan


25

Perang dan tinju merupakan gambaran dari suatu pertentangan bahkan sampai dengan mengadu fisik. Perang dan tinju merupakan berita yang banyak dibaca oleh masyarakat, karena menimbulkan pertentangan yang dapat menarik perhatian masyarakat.

8. Seks

Masalah seks, ternyata juga dapat menarik perhatian. Seks dapat menimbulkan rangsangan tersendiri. Itulah sebabnya pemberitaan tentang seks banyak diminati.

9. Kemajuan

Pemberitaan tentang kemajuan selalu menarik, karena semua manusia ingin maju.

10. Human Interest

Human interst di sebut juga satu kehidupan yang menarik. Kehidupan yang menarik pada penampilan berita, merupakan rangsangan tersendiri bagi pembaca. Ini dikarenakan sifat manusia yang selalu ingin mengetahui yang aneh dan menarik.

11. Emosi (perasaan)

Emosi merupakan salah satu sifat manusia yang didahului dengan rasa simpati. Simpati yang ditimbulkan oleh suatu berita, selalu menarik perhatian pembaca


26

12. Humor

Sesuatu yang lucu biasanya menyenangkan. Humor yang ringan yang dapat merangsang pembaca untuk ikut tertawa merupakan bagian dari sisi pembuatan berita agar disenangi.

2.2.7 Bahasa Berita

Pada dasarnya bahasa berita tidak berbeda dengan Bahasa Indonesia yang kita gunakan sehari-hari. Siregar (1987: 138), ciri khas bahasa berita terletak pada kata, kalimat, dan isi pernyataan.

a. Kata

Ciri khas kosakata dalam jurnalistik adalah: 1) mudah dimengerti, artinya setiap kata yang digunakan itu mudah dipahami pembaca dan pendengar; 2) dinamis, artinya, kata yang ditampilkan haris memberi arti yang lebih hidup, bersemangat, sesuai dengan kondisi dan situasi pernyataan yang disampaikan; 3) demokratis, artinya, setiap kata yang ditampilkan harus bermakna satu dan dapat diterima oleh orang banyak sejauh media itu sampai; 4) kata yang tepat, artinya, sesuai dengan kebutuhannya.

b. Kalimat

Kalimat yang digunakan dalam berita adalah kalimat yang baik, praktis, sederhana dengan kata yang secukupnya saja. Tidak berlebihan, mubasir, dan berbunga-bunga.


27

c. Isi Pernyataan

Isi pernyataan yang dimaksud adalah cara penyampaian yang akan disampaikan kepada pembaca. Isi pernyataan yang baik terdapat pedoman dalam kalimat, yaitu: 1) kesatuan pikiran, setiap kalimat harus mengandung kesatuan pikiran, satu ide yang utuh, antara pokok yang satu dengan yang lain harus mempunyai kaitan; 2) Koherensi, atinya terdapat hubungan yang jelas antara unsur yang membentuk kalimat; 3) penekanan, artinya, setiap pikiran dalam kalimat mendapat tekanan sesuai dengan maksud pernyataan; 4) variasi, artinya terdapat variasi penggunaan kata dan kalimat yang sampai digunakan kata atau kalimat yang diulang-ulang; 5) paralelisme, artinya, kesamaan letak penekanan pada setiap kalimat yaitu di awal, di tengah, maupun di akhir; 6) logika, artinya semua dituliskan dengan pemikiran yang logis, wajar, dan apa adanya.

2.2.8 Sifat Berita

Berita, baik untuk surat kabar, radio, maupun televisi memiliki tiga sifat yang harus dipenuhi, Menurut Djuroto (2003:27) tiga sifat tersebut yaitu:

a. Mengarahkan, artinya berita yang kita buat harus mampu mengarahkan perhatian pembaca, pendengar atau pemirsa sehingga mengikuti alur pemikiran kita.

b. Menumbuhkan atau membangkitkan semangat, artinya berita harus dapat memberi rangsangan, dorongan, dan semangat bagi pembacanya.


28

c. Berita yang bersifat memberi penerangan, artinya berita harus mampu memberi penerangan kepada masyarakat. Memberi penerangan di sini maksudnya adalah memberikan penjelasan atau contoh-contoh kejadian yang tidak baik agar tidak ditiru oleh masyarakat.

2.2.9 Jenis dan Macam Berita

Menurut Djuroto (2003: 38), jenis berita dilihat dari penyajiannya ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.

1. Berita Selebaran

Berita selebaran dalam bahasa asing disebut news bulletin. Berita bulletin adalah berita yang disiarkan secara kilat atau cepat. Biasanya berita yang bersifat hangat dan singkat, penyajiannya sangat terikat dengan waktu. Jenis berita ini penyajiannya terikat oleh waktu. Berita aitu makin cepat disiarkan akan menjadi baik. Yang termasuk dalam kategori bulletin antara lain:

a. Berita keras : Berita yang biasanya tidak menyenangkan. Misalnya tentang kekerasan, kesengsaraan, dan lain-lain.

b. Berita lunak : Berita yang menyenangkan. Misalnya pemberian gelar, keberhasilan seseorang, dan lain-lain.

c. Berita singkat : Berita yang memiliki nilai tinggi. Karena itu penyajiannya secara langsung hanya pada inti berita saja


29

d. Berita pendek : Berita yang amat penting dan menarik untuk diberitakan justru pada saat berita itu masih jadi pembicaraan masyarakat luas.

e. Berita sisipan : Berita yang memiliki nilai tinggi serta dinantikan oleh masyarakat luas.

2. Berita Majalah

Berita majalah adalah jenis berita yang penerbitannya secara berkala dan teratur. Misalnya majalah mingguan, dua mingguan atau bulanan. Yang termasuk dalam kelompok berita majalah antara lain:

a. Feature : Sesuatu uraian berita dalam ruang lingkup satu pokok yang merupakan pendalaman tema tersebut, yang dilihat dari berbagai segi latar belakang perkembangan berita tersebut.

b. Human Interes : Uraian berita tentang sesuatu yang dapat menyentuh rasa kemanusiaan.

c. Berita Ringan : Uraian berita tentang sesuatu yang dapat menyentuh rasa kemanusiaan.

d. Berita Nyata : Uraian berita yang secara sistematis memiliki kepekaan dalam ruang lingkup yang sejenis dan tidak perlu terikat pada keadaan baru dan lamanya berita.


30

e. Analisis Berita : Berita yang disusun atas dasra data dan fakta serta keseimbangan analisis tanpa ditambahi pendapat pribadi baik secara langsung ataupun secara tidak langsung.

3. Berita Penerangan.

Berita penerangan adalah berita yang mengandung penjelasan lebih lanjut dari suatu berita yang telah disiarkan, atau penjelasan yang bertitik tolak dari berita yang sudah disajikan tetapi sangat terkait dengan waktu.

2.2.10 Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan selalu mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian. Peranan guru dalam menentukan pola KBM di kelas bukan ditentukan oleh diktatik metodik “apa yang akan dipelajari” saja, tetapi pada “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar anak.” Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan, serta berkonsultasi dengan nara sumber lain (Depdiknas 2002:1).

Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar di mana menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan keluarga dan masyarakat. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk


31

memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjang (Nurhadi 2003:4)

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan komponen kontruktivisme, bertanya, menirukan, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian yang sebenarnya. Dengan konsep seperti itu, hasil belajar diharapkan akan lebih bermakna bagi siswa karena proses pembelajaran akan berlangsung secara alamiah.

Pembelajaran Kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang dialaminya, siswa akan menjadi peserta aktif bukan pengamat yang pasif dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru (Nurhadi 2003:19).

Karakteristrik pembelajaran berbasis kontekstual adalah (1) kerja sama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan, tidak membosankan; (4) belajar dengan gairah; (5) pembelajaran terintegerasi; (6) menggunakan berbagai sumber; (7) siswa aktif; (8) sharing dengan teman; (9) siswa kritis guru kreatif; (10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain; (11) laporan kepada


32

orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain (Depdiknas 2001 : 20-21).

Blanchard (2001 dalam Depdiknas 2004:48) mengembangkan strategi pembelajaran metode kontekstual dengan: 1) menekankan pemecahan masalah; 2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan; 3) mengajarkan siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga menjadi mandiri; 4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda; 5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama; dan 6) menerapkan penilaian autentic.

Pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) menawarkan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa dalam belajar lebih bermakna dan menyenangkan. Strategi yang ditawarkan dalam CTL ini diharapkan dapat membantu siswa aktif dan kreatif. Untuk itu, dalam menjalankan strategi ini, guru dituntut lebih kreatif.

Dalam strategi pembelajaran kontekstual ini ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Menurut Nurhadi (2003:31), ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).


33

Dari ketujuh komponen yang ada di dalam pembelajaran kontekstual, dalam penelitian ini peneliti menggunakan komponen pemodelan untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang. Pembelajaran dalam keterampilan menulis teks berita ini mengacu pada pembelajaran kontekstual yang mempunyai ciri-ciri, yaitu kerja sama, saling menunjang, menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan gairah, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis guru kreatif, dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain.

2.2.11 Komponen Modeling (Pemodelan)

Salah satu komponen pembelajaran kontekstual adalah komponen modeling (pemodelan). Komponen pemodelan pada pembelajaran maksudnya yaitu bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan berbahasa atau keterampilan tertentu ada model yang ditiru. Menurut Nurhadi dan Senduk (2003:49) Pemodelan pada dasarnya membahas gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain, model itu bisa berupa cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, dan sebagainya.


34

Dalam pendekatan kontekstual komponen pemodelan, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya caara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah lomba baca puisi atau memenangkan kontes berbahasa Inggris, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemostrasikan keahliannya. Siswa “ contoh” tersebut sebagai “standar” kompetensi yang harus dicapainya. Model juga dapat didatangkan dari luar. Seorang penulis asli berbahasa Inggris, sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk menjadi “model” cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara dan sebagainya (Nurhadi dan Senduk 2003:50).

Menurut Tarigan dan Tarigan (1986:194), pemodelan pada pembelajaran yaitu bahwa pembelajaran, guru mempersiapkan suatu karangan model yang akan dijadikan sebagai model atau contoh dalam menulis karangan baru. Karangan tidak sama persis dengan karangan model. Struktur memang akan sama, tetapi berbeda isinya.

Dengan demikian dalam pembelajaran menulis teks berita misalnya, guru akan menghadirkan contoh teks berita yang diambil dari surat kabar kepada siswa saat pembelajaran. Sehingga sebelum mengerjakan tes menulis teks berita siswa sudah meengetahui hal-hal yang berkaitan dengan teks berita. Dengan demikian, hasil teks berita siswa baik dan benar, dan memenuhi syarat penulisan teks berita. Kemudian untuk pembelajaran selain menulis teks berita, guru dapat memberi contoh cara mengerjakan sesuatu atau memberi model cara belajar sebelum melaksanakan tugas, sehingga siswa dapat


35

mengamati atau meniru. Namun demikian, tentunya guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, dan model dapat pula dihadirkan dari luar.

2.2.12 Metode Pembelajaran Menulis

Menurut Jupp dan Milne (1978 dalam Subyantoro dan Hartono 2003:8), dalam pengajaran menulis dalam tahap awal dapat dengan metode menulis terbimbing. Langkah-langkah pengajaran (1) memperkenalkan subjek; (2) memperkenalkan struktur yang akan dilatihkan; (3) latihan struktur secara lisan dan intensif; (4) membacakan contoh karangan; (5) latihan menulis struktur; (6) meneliti karangan; (7) menulis karangan.

Kemudian Ardiana, dkk. (2002 dalam Subyantoro dan Hartono 2003 : 8) memberikan alternatif lain untuk menulis terbimbing, yang tahap-tahapnya adalah (1) tahap berbicara menulis, tahap ini merupakan tahap pramenulis, pada tahap ini siswa diajak mendiskusikan topik tulisan; (2) tahap menyimak menulis, pada tahap ini siswa akan memperoleh kertas dari guru yang harus diisi tentang komentar mereka mengenai karangan temannya serta membuat koreksi yang dianggap perlu. Setelah itu mereka harus berlatih lagi tentang struktur dan kosa kata yang berkaitan dengan subjek yang ditulisnya. Akhirnya mereka meenuliskan ringkasan yang berkaitan dengan karangannya; (3) diskusi berpasangan, sesudah diskusi kelas, siswa melanjutkan diskusinya secara berpasangan; (4) menulis karangan, siswa disuruh menulis karangan sesuai dengan kerangka yang telah didiskusikan. Mereka mencoba


36

mengerjakannya sendiri dan tidak diperkenankan mengutip sumber-sumber lain, (5) proses penguatan, setelah karaangan diserahkan dan diperiksa guru, guru harus memberikan penguatan. Kesalahan yang sekiranya dapat dibetulkan oleh siswa, guru tidak perlu membetulkannya. Guru cukup memberikan tanda lingkaran pada bentuk atau kata yang dianggap salah.

Sedangkan Akhadiah, dkk. (1997:6), mengungkapkan bahwa metode menulis meliputi tiga tahap yaitu prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Tahap prapenulisan yaitu tahap memikirkan dan mengerjakan berbagai kegiatan sebelum kegiatan menulis yang sebenarnya. Tahap ini meliputi pemilihan topik, pembatasan topik, penentuan judul, penentuan tujuan, dan pengembangan topik. Pemilihan topik, berarti menetukan hal yang harus dibahas dalam tulisan, dalam meenentukan topik harus mempertimbangkan (1) topik itu ada bermaanfaatnya; (2) topik itu menarik bagi penulis; (3) topik itu dikenal. Pembatasan topik, penulis harus membatasi topik yang akan dibahas agar dalam pengembangannya tidak terlalu luas. Penentuan judul, judul ditentukan di akhir kegiatan menulis hanya saja agar kegiatan menulis lebih terpadu, akan lebih baik jika judul ditentukan lebih dahulu. Judul harus sesuai dengan topik, judul harus menjiwai seluruh karangan. Penentuan tujuan, setiap tulisan pasti mempunyai tujuan, tujuan tulisan biasanya tercermin lewat ragam karangan. Pengembangan topik, topik yang dipilih kemudian dikembangkan menjadi sebuah karangan. Cara yang dapat dilakukan dalaam pengembangan topik adalah (1) mempersiapkan para siswa menuliskan apa saja yang ada dalam benak mereka tentang topik


37

tersebut; (2) setelah terkumpul beberapa kalimat pengembangan, urutkanlah kalimat itu berdasarkan urutan kepentingannya; (3) dari setiap butir kembangkan lagi atas butir-butir yang lebih detil sehingga diperoleh gambaran yang semakin jelas; (4) setelah semua terkumpul para siswa tinggal menulis.

Tahap penulisan, yaitu tahap siswa diingatkan pada berbagai bentuk karangan untuk mengembangkan karangan. Cara-cara pengembangan paragraf, apakah paragraf deduktif, induktif, ataukah campuran. Diingatkan pula mengenai koherensi atau hubungan antar paragraf. Dengan demikian, pada pelaksanaan menulis ini siswa berkreasi secara multi sistem. Artinya, mereka memanfaatkan segala pengetahuan yang telah mereka miliki tentang penulisan.

Tahap revisi, yaitu pemeriksaan hasil karangan. Dalam taraf latihan, tulisan yang dibuat siswa tidak mungkin sempurna. Oleh karena itu siswa dipersilakan untuk memeriksa kembali hasil tulisan mereka, mulai dari pilihan kata, tanda baca, penggunaan kalimat efektif, dan sistematika karangan yang tidak tepat. Kegiatan pemeriksaan ini dilakukan oleh siswa itu sendiri dengan bantuan guru. Dengan tahap-tahap ini, tidak berarti bahwa kegiatan-kegiatan penulisan dilakukan secara terpisah-pisah.

Metode-metode menulis karangan yang diungkapkan oleh Juup dan Milne (1978) dan Akhadiah (2002) (dalam Subyantoro dan Hartono 2003:8) ini diharapkan untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis karangan di sekolah-sekolah. Kegiatan yang semacam ini akan menghasilkan sebuah karangan yang memuaskan. Sebab dengan langkah-langkah semacam


38

ini siswa akan dibawa kepada pengertian dan proses yang sebenarnya. Mereka akan sadar bahwa untuk menulis dengan baik dibutuhkan kerja keras dan dibutuhkan pula kerja sama dengan teman atau guru mereka. Disinilah guru berperan. Guru dapat memberikan arahan, bimbingan, dorongan, dan motivasi agar siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Untuk menunjang kegiatan semacam itu, pihak sekolah bisa berperan aktif mengupayakan penyediaan sarana penunjang seperti majalah, proyek ilmiah popular, lomba menulis dan sebagainya dapat memberikan kesempatan siswa berlomba untuk berkarya mengekspresikan potensi dirinya.

2.2.12 Pembelajaran Menulis Teks Berita dengan Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan

Kegiatan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran ini adalah tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Setelah siswa siap menerima pelajaran menulis teks berita, pembelajaran langsung dilaksanakan. Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok, kemudian ditugaskan untuk merumuskan masalah tentang apa dan bagaimana teks berita. Guru membagikan contoh teks berita kepada masing-masing kelompok untuk diamati dan dipelajari. Dalam mengamati model tersebut, siswa dituntut untuk menemukan hal-hal yang berkaitan


39

dengan masalah yang dirumuskan, kemudian berdiskusi dengan kelompoknya. Unsur-unsur tentang teks berita yang telah mereka temukan dari contoh atau model mereka analisis dan dituliskan pada kertas dan dibacakan di depan kelas ntuk mendapatkan masukan dari teman dan guru. Setelah disajikan di depan kelas, hasilnya ditempelkan di dinding kelas agar siswa dari kelompok lain dapat membacanya.

Kegiatan yang selanjutnya adalah siswa menulis teks berita dengan tema bebas yang sesuai denga realita yang ada. Mereka dapat membuat teks berita dengan mengingat berita-berita yang ada di televisi atau berita yang ada di surat kabar. Teks berita yang telah ditulis disajikan di depan kelas untuk ditanggapi teman yang lain. Berdasarkan masukan teman dan guru, siswa melakukan perbaikan terhadap teks berita yang telah ditulis. Agar hasil karyanya dapat dilihat oleh teman-temannya yang lain, teks berita yang telah dibuat ditempelkan di dinding kelas. Hasil tulisan siswa yang berupa teks berita dinilai oleh guru untuk mengetahui sampai di mana keterampilan siswa dalam menulis teks berita.

2.3 Kerangka Berpikir

Keterampilan menulis teks berita siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang belum memuaskan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor itu diantaranya dari siswa itu sendiri, maupun strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pemilihan strategi dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar. Selama ini


40

pembelajaran teks berita yang dilakukan oleh guru masih dengan strategi ceramah dan pemberian contoh secara lisan. Hal ini menyebabkan siswa tidak memiliki contoh konkrit, sehingga siswa kesulitan dalam menuangkan idenya dalam menulis teks berita.

Dengan munculnya permasalahan tersebut, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Silkus I dimulai dengan tahap Perencanaan, yaitu berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Pada tahap tindakan, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan adalah mengadakan proses pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual elemen modeling. Tahap observasi dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Hasil yang diperoleh dalam pembelajaran kemudian direfleksi. Kelebihan yang diperoleh dalam siklus I dipertahankan, sedangkan kelemahan yang ada dicarikan pemecahannya dalam siklus II.

Setelah perencanaan pada siklus II diperbaiki, tahap berikutnya yaitu tindakan, dan observasi dilakukan sama dengan siklus I. Hasil yang diperoleh pada tahap tindakan dan observasi pada siklus II kemudian direfleksi untuk menentukan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam proses pembelajaran. Hasil tes siklus I dan siklus II kemudian dibandingkan dalam hal pencapaian nilai. Hal ini digunakan untuk mengetahui peningkatan


41

keterampilan menulis teks berita dengan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.

Kerangka berpikir digambarkan dengan bagan 1 sebagai berikut.

Terampil menulis teks berita Masalah Kurang terampil menulis teks berita Siklus I Hasil Siklus IRefleksi : kelemahan dicari dan dicarikan penyelesaiann untuk siklus II. Kelebihan dipertahankan Siklus IIKoreksi Bersama Memperbaiki kelemahan siklus I dan kelebihan siklus I dipertahankan Tindakan Latihan Menulis - mengamati model - menemukan unsur teks berita - menuliskan teks berita - presentasi di depan kelas Analisis data yang akan dijadikan hasil penelitian Hasil Siklus II Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan


42

2.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah keterampilan menulis teks berita dan tingkah laku siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang akan meningkat dan terjadi perubahan tingkah laku jika menggunakan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan. Siklus ini terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Jika siklus I nilai rata-rata belum mencapai target yang telah ditentukan, akan dilakukan tindakan siklus II.

Bagan 2. Siklus PTK

P RP

OBA

R T R T Siklus Siklus II

O O

Keterangan:

OBA : Observasi Awal

P : Perencanaan

T : Tindakan

O : Observasi

R : Refleksi

RP : Revisi Perencanaan.

Berdasarkan gambar di atas peneliti melaksanakan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.


44

3.1.1 Prosedur Tindakan pada Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan pembelajaran menulis teks berita. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah menyusun rencana pembelajaran, membuat dan menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi, wawancara, jurnal, dan model yang akan digunakan dalam pembelajaran, menyiapkan perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan pedoman penskoran.

2. Tindakan

Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pada tahap ini, dilakukan tiga tahap proses belajar mengajar, yaitu apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.

Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran menulis teks berita dilaksanakan. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 2 orang, siswa diberikan contoh berita yang ditayangkan di televisi berupa CD selama


45

kurang lebih 15 menit untuk illustrasi, tugas yang akan dibuat yaitu tentang unsur-unsur teks berita dan jenis-jenis berita, membuat teks berita yang aktual. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terjadi di dalam tayangan televisi. Langkah selanjutnya adalah guru membagikan contoh teks berita kepada masing-masing kelompok untuk diamati dan dipelajari. Dalam mengamati model tersebut, siswa diminta menemukan unsur-unsur yang ada dalam teks berita seperti 5W + H, kemudian berdiskusi dengan kelompoknya. Unsur-unsur teks berita yang telah mereka temukan dari contoh atau model mereka analisis dan dituliskan pada kertas dan dipresentasikan di depan kelas untuk mendapatkan masukan dari teman dan guru.

Kegiatan selanjutnya adalah siswa secara individu diberikan model baru untuk dicari unsur-unsurnya dan menulis teks berita dengan singkat, padat, dan jelas, dengan tema bebas yang sesuai dengan realita atau kenyataan yang ada. Mereka dapat membuat teks berita dengan mengingat berita-berita yang terdapat di televisi atau di surat kabar. Hasil tulisan siswa yang berupa teks berita dinilai oleh guru untuk mengetahui sampai di mana keterampilan siswa dalam menulis teks berita.

3. Observasi

Observasi adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa selama penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh guru pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Sasaran yang diamati meliputi kerja sama dengan kelompoknya, keaktifan dalam mengerjakan tugas,


46

keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran, keseriusan mengamati model, dan sikap/ tanggapan siswa terhadap teknik pembelajaran.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru membagikan jurnal kepada siswa untuk mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap pembelajaran yang baru saja dilakukan, baik terhadap materi, teknik maupun cara mengajar guru.

4. Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan, selanjutnya peneliti melakukan refleksi. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan nontes siklus I dengan tujuan mengetahui hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. Dari hasil refleksi tersebut dapat disusun rencana untuk siklus II. Masalah-masalah pada siklus I dicari pemecahannya, sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan.

3.1.2 Prosedur Tindakan pada Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap Perencanaan dalam siklus II ini dipersiapkan rencana pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan. Dalam tahap ini kekurangan-kekurangan yang terjadi tahap siklus I diperbaiki. Guru juga menyiapkan soal tes dan nontes untuk siklus II dan mengkoordinasikan kembali dengan guru mata pelajaran.


47

2. Tindakan

Tindakan pada siklus II adalah penyempurnaan tindakan pada siklus I. Pada tahap ini guru menjelaskan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada penulisan teks berita yang telah dibuat siswa. Kemudian siswa diberi bimbingan dan arahan agar dalam pelaksanaan kegiatan menulis teks berita pada siklus II akan menjadi lebih baik. Kegiatan dalam siklus II adalah apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.

Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan, manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, dan memotivasi siswa untuk semakin lebih baik dalam menulis teks berita. Guru menjelaskan kesalahan-kesalahan yang telah siswa lakukan dan memberikan penjelasan tentang cara memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam menulis teks berita.

Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran menulis teks berita dilaksanakan. Siswa secara berkelompok, kemudian merumuskan masalah tentang apa dan bagaimana teks berita itu. Setiap kelompok diwajibkan untuk mencari dan mengamati surat kabar sebagai model pembelajaran. Dalam mengamati model surat kabar tersebut, siswa diminta menemukan unsur-unsur yang ada dalam teks berita seperti 5W + H pada salah satu berita, kemudian berdiskusi dengan kelompoknya. Unsur-unsur teks berita yang telah mereka temukan dari contoh atau model mereka analisis dan


48

dituliskan pada kertas dan dipresentasikan di depan kelas untuk mendapatkan masukan dari teman dan guru.

Kegiatan selanjutnya adalah siswa secara individu diberikan model baru untuk dicari unsur-unsurnya dan menulis teks berita dengan singkat, padat, dan jelas, dengan tema bebas yang sesuai dengan realita atau kenyataan yang ada. Mereka dapat membuat teks berita dengan mengingat berita-berita yang terdapat di televisi atau di surat kabar. Hasil tulisan siswa yang berupa teks berita dinilai oleh guru untuk mengetahui sampai di mana keterampilan siswa dalam menulis teks berita.

3. Observasi

Pada siklus II ini selama proses pembelajaran berlangsung, siswa tetap diamati. Pengamatan dilakukan untuk peningkatan hasil tes dan perilaku siswa. Observasi ini adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa selama penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh guru pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia seperti pada siklus pertama. Sasaran yang diamati meliputi kerja sama dengan kelompoknya, keaktifan dalam mengerjakan tugas, keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran, keseriusan mengamati model, dan sikap/tanggapan siswa terhadap teknik pembelajaran.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru membagikan jurnal kepada siswa untuk mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap


49

pembelajaran yang baru saja dilakukan, baik terhadap materi, teknik maupun cara mengajar guru.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan penggunaan model dalam pembelajaran menulis teks berita, untuk melihat peningkatan keterampilan menulis teks berita dan mengetahui perubahan perilaku siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis teks berita siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang tahun pengajaran 2004/2005. Kelas VIIIA terdiri atas dari 41 siswa. Kelas ini dipilih karena kemampuan menulis tes berita masih rendah atau nilai yang telah dicapai belum memuaskan dan kelas ini memiliki kemampuan menulis yang lebih rendah dari kelas lainnya. Hal tersebut dikarenakan (1) tidak banyak dari siswa yang mempunyai prestasi tinggi di kelas tersebut; (2) kelas VIIIA adalah penggolongan dari siswa yang berprestasi sedang; (3) tidak banyak dari siswa yang memiliki hobby menulis.


50

3.3 Variabel Penelitian

Variabel yang diungkap dalam penelitian ini adalah variabel peningkatan keterampilan menulis teks berita dan variabel penggunaan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.

3.3.1 Variabel Keterampilan Menulis Teks Berita

Variabel keterampilan menulis teks berita merupakan keterampilan siswa dalam menulis teks berita, yaitu suatu penyusunan teks berita yang mengandung unsur-unsur dalam berita. Target keterampilan yang diharapkan adalah siswa mampu menulis teks berita sesuai dengan aspek penilaian. Aspek-aspek tersebut adalah (1) kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H); (2) keruntututan pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami); (3) penggunaan kalimat (singkat dan jelas); (4) kosakata yang digunakan bahasa sehari-hari; (5) kemenarikan judul; dan (6) ketepatan penggunaan ejaan dalam berita (Depdiknas 2003e: 67). Dengan pembelajaran menulis teks berita ini diharapkan dapat memenuhi target keterampilan menulis para siswa kelas VIIIA SMP N 1 Kajoran Kabupaten Magelang dan perubahan tingkah laku setelah pembelajaran.


51

3.3.2 Variabel Penggunaan Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan

Variabel pembelajaran kontekstual komponen pemodelan adalah pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Langkah-langkah pembelajarannya adalah siswa berkelompok, kemudian masing-masing kelompok mendapatkan contoh teks berita. Siswa mengamati model/contoh teks berita tersebut kemudian berusaha sendiri menemukan unsur-unsur yang ada dalam teks berita, seperti apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana. Apa yang mereka temukan kemudian didiskusikan dengan kelompoknya. Setelah berdiskusi hasilnya ditulis di selembar kertas lalu disajikan di depan kelas untuk didiskusikan bersama-sama dan mendapat tanggapan atau masukan dari kelompok lain. Berdasarkan masukan dari teman dan guru, siswa melengkapi pekerjaannya lalu ditempelkan di dinding.

Kegiatan selanjutnya adalah siswa menulis teks berita dengan kriteria bebas/peristiwa yang sedang aktual. Saat menulis teks berita dapat berdiskusi dengan temannya atau bertanya hal-hal yang kurang dipahami kepada guru.

3.4 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan bentuk instrumen tes dan nontes.

3.4.1 Tes

Penelitian ini diawali dengan pelaksanaan tes awal atau pretes untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan siswa tentang teks berita. Pada tes awal


52

ini siswa juga menulis teks berita untuk mengetahui keterampilan siswa menulis teks berita. Setelah proses pembelajaran, diadakan tes menulis teks berita. Tes ini dilaksanakan untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan siswa tentang menulis teks berita setelah mengikuti proses pembelajaran.

Ada enam aspek pokok yang dijadikan kriteria penilaian, yaitu (1) kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H); (2) keruntututan pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami); (3) penggunaan kalimat (singkat dan jelas); (4) kosakata yang digunakan bahasa yang tepat; (5) kemenarikan judul; dan (6) ketepatan penggunaan ejaan dalam berita (Depdiknas 2003e: 67).

Tabel 1 Skor Penilaian

No

Aspek Penilaian

Skor Maksimal

1

2

3

4

5

6

Kelengkapan isi berita

Keruntututan pemaparan

Penggunaan kalimat

Kosakata yang digunakan adalah bahasa yang tepat

Kemenarikan judul

Ketepatan penggunaan ejaan dalam berita

30

15

15

15

10

15

Jumlah

100


53

Pada tabel berikut dapat dilihat aspek-aspek yang dinilai dengan rentang skor dan kategori penilaian.

Tabel 2. Kriteria Penilaian Teks Berita

No

Aspek Penilaian

Skor

Kategori

1

Kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H)

a. lengkap, terdapat 6 unsur

b. cukup lengkap, terdapat 5 unsur

c. kurang lengkap, terdapat 4 unsur

d. tidak lengkap, kurang dari 4 unsur

30

25

10

15

sangat baik

baik

cukup

kurang

2

Keruntututan pemaparan

a. urut dan jelas sehingga mudah dipahami

b. tidak urut, jelas, tetapi mudah dipahami

c. urut, kurang jelas, tetapi dapat dipahami

d. tidak urut, tidak jelas, dan kurang dapat dipahami

15

10

5

3

sangat baik

baik

cukup

kurang

3

Penggunaan kalimat

a. singkat dan jelas

b. tidak terlalu panjang tetapi jelas (berputar-putar)

c. panjang dan kurang jelas

d. tidak jelas dan terlalu panjang

15

10

5

3

sangat baik

baik

cukup

kurang

4

Kosakata

a. tepat dan mudah dipahami

b. terdapat kata yang tidak dapat dipahami

c. terdapat kata yang tidak lazim dipakai

d. tidak dapat dipahami

15

10

5

3

sangat baik

baik

cukup

kurang

5

Kemenarikan judul

a. sangat menarik

b. cukup menarik

c. kurang menarik

d. tidak menarik

10

8

6

4

sangat baik

baik

cukup

kurang


54

No.

Aspek Penilaian

Skor

Kategori

6

Ketepatan penggunaan ejaan dalam berita

a. sesuai dengan EYD

b. sedikit kesalahan tidak merubah ide

c. sedikit kesalahan tetapi merubah ide

d. banyak kesalahan

15

10

5

3

sangat baik

baik

cukup

kurang

Keterangan pedoman penilaian menulis teks berita sebagai berikut.

1. Kelengkapan Unsur-Unsur Teks Berita

a. lengkap : semua unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam teks berita ada

b. cukup lengkap : 5 unsur yang tercantum

c. kurang lengkap : 4 unsur yang tercantum

d. tidak lengkap : kurang dari 4 unsur yang tercantum atau tidak lengkap

2. Keruntututan Pemaparan

a. urut dan jelas : sederhana, mudah dipahami, berirama/dinamis, semua ide tersampaikan

b. tidak urut, jelas : jalan cerita dalam teks berita tidak runtut (beriama/dinamis), tetapi jelas dan mudah dipahami

c. urut, kurang jelas : jalan cerita dalam teks berita runtut, tetapi kurang dapat dipahami

d. tidak urut, tidak jelas : jalan cerita dalam teks berita tidak runtut, dan tidak jelas serta tidak dapat dipahami

Lanjutan tabel 2


55

3. Penggunaan Kalimat

a. singkat dan jelas : penyusunan kalimat singkat dan jelas

b. tidak terlalu panjang tetapi jelas: penyusunan kalimat tidak terlalu panjang dan jelas

c. panjang dan kurang jelas : penyusunan kalimat panjang dan kurang jelas

d. tidak jelas dan terlalu panjang : penyusunan kalimat tidak jelas dan terlalu panjang

4. Kosakata

a. tepat dan mudah dipahami : kata-kata merupakan bahasa yang tepat, dinamis dan demokratis (bermakna satu), dan mudah dipahami

b. terdapat kata yang tidak baku : terdapat kata yang tidak baku dan kurang dapat dipahami

c. terdapat kata yang tidak lazim dipakai : terdapat kata yang tidak boleh atau tidak lazim digunakan

d. tidak dapat dipahami : kata-kata yang digunakan tidak dapat dipahami

5. Kemenarikan Judul

a. sangat menarik : judul yang digunakan sangat relevan dan selaras dengan isi informasi yang disajikan dan merangsang untuk dibaca


56

b. cukup menarik : judul yang digunakan cukup relevan dengan isi informasi dan kurang menarik untuk dibaca

c. kurang menarik : judul yang digunakan kurang relevan dengan isi informasi dan kurang menarik untuk dibaca

d. tidak menarik : judul yang digunakan tidak relevan dengan isi informasi dan tidak menarik untuk dibaca

6. Ketepatan Penggunaan Ejaan dalam Berita

a. sesuai dengan EYD : tidak ada kesalahan EYD

b. terdapat sedikit kesalahan : kesalahan tidak merubah ide dan gagasan.

c. terdapat sedikit kesalahan : kesalahan merubah salah satu ide dan gagasan.

d. tidak terbaca dan tidak rapi : kesalahan merubah semua ide dan gagasan yang disampaikan.

Dari pedoman di atas, guru dapat mengetahui kemampuan menulis teks beriata siswa berhasil mencapai kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang.

Tabel 3 Penilaian Keterampilan Menulis Teks Berita

No

Kategori

Rentang Skor

1.

2.

3.

4.

Sangat baik

Baik

Cukup baik

Kurang baik

85-100

70-84

55-69

0-54


57

3.4.2 Nontes

Bentuk instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dan jurnal.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan mengamati tingkah laku dan respons siswa selama proses pembelajaran. Aspek yang diamati dalam penelitian ini meliputi kerja sama dengan kelompoknya atau teman, keaktifan dalam mengerjakan tugas, keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sharing dengan teman, sikap siswa terhadap model yang disajikan/keseriusan mengamati model, sikap atau tanggapan siswa terhadap teknik pembelajaran, pembelajaran menyenangkan.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang pembelajaran menulis teks berita. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang nilai tesnya tinggi, sedang, dan rendah. Wawancara ini untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran menulis, khususnya menulis teks berita, untuk mengetahui permasalahan/kesulitan yang dialami siswa dalam menulis teks berita, tanggapan mengenai pembelajaran, tanggapan mengenai model yang disajikan, perasaan ketika menulis teks berita, keinginan siswa dalam pembelajaran menulis teks berita, dan saran pembelajaran menulis teks berita dengan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan. Dari wawancara ini juga digali saran siswa untuk memperbaiki pembelajaran dan saran perbaikan model.


58

3. Jurnal

Jurnal digunakan untuk mendapatkan data tentang respons siswa sebagai subjek penelitian selama proses pembelajaran. Jurnal dibuat ada dua macam yaitu jurnal peneliti/guru. Jurnal siswa diisi oleh siswa, sedangkan jurnal guru diisi oleh guru. Jurnal siswa berisi tentang kesan dan pesan siswa, siswa memberikan respons positif atau negatif terhadap pembelajaran menulis teks berita menggunakan pendekatan kontesktual komponen pemodelan. Jurnal guru berisi tentang uraian pendapat dan seluruh kejadian yang dilihat dan dirasakan oleh guru selama kegiatan pembelajaran menulis berlangsung.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan nontes.

3.5.1 Teknik Tes

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes awal dan tes akhir. Tes awal dilakukan sekali pada siklus I untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan siswa tentang teks berita dan sampai di mana keterampilan mereka menulis teks berita. Setelah itu, pada akhir siklus I dan II diadakan tes akhir. Tes akhir dilakukan dengan memberikan tugas untuk menulis teks berita secara individu. Tes ini untuk mengetahui kemampuan siswa menulis teks berita dengan memperhatikan aspek kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H), keruntututan pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami), penggunaan kalimat


59

(singkat dan jelas), kosakata yang digunakan bahasa yang tepat, kemenarikan judul, dan ketepatan penggunaan ejaan dalam berita.

Langkah-langkah yang dilakukan di dalam pengambilan data dengan tes adalah

a. menyiapkan bahan tes berdasarkan model yang disajikan;

b. siswa ditugasi menemukan unsur-unsur dalam teks berita pada model;

c. siswa diminta untuk menulis teks berita;

d. menilai dan mengolah data dari hasil penelitian;

e. peneliti mengukur keterampilan menulis siswa berdasarkan hasil tes pada siklus I dan siklus II.

3.5.2 Teknik Nontes

Teknik nontes yang digunakan adalah melalui observasi, wawancara, dan jurnal.

1. Observasi

Observasi digunakan untuk mengungkap data keaktifan siswa selama proses pembelajaran menggunakan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan. Observasi dilakukan oleh peneliti dibantu dengan seorang teman dan peneliti. Adapun tahap observasinya yaitu (1) mempersiapkan lembar observasi yang berisi butir-butir sasaran amatan tentang keaktifan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, dan keaktifan siswa dalam mengerjakan tes; (2) melaksanakan observasi selama proses pembelajaran yaitu mulai dari penjelasan guru, proses belajar-


60

mengajar sampai dengan siswa menulis teks berita; (3) mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan.

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap data penyebab kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran menulis teks berita. Wawancara dilakukan pada 6 orang siswa yaitu 2 orang siswa yang mendapatkan nilai tes yang tinggi, 2 orang siswa yang mendapatkan nilai tes yang sedang, dan 2 orang siswa yang mendapatkan nilai tes yang rendah. Hal ini berdasarkan nilai tes pada tiap siklus dan berdasarkan observasi yang dilakukan guru selama proses pembelajaran.

Wawancara dilaksanakan peneliti setelah pembelajaran menulis teks berita dengan pembelajaran kontekstual komponen pedoman selesai dilaksanakan. Adapun cara yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan wawancara yaitu (1) mempersiapkan lembar wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa yang nilai tesnya kurang, cukup, dan baik, untuk kemudian diajak wawancara, (3) merekam dan mencatat hasil wawancara dengan menulis tanggapan terhadap tiap butir pertanyaan.

3. Jurnal

Setiap akhir pembelajaran siswa menulis jurnal yang berisi kesulitan yang mereka hadapi dalam menulis teks berita, pendapat mereka tentang pembelajaran


61

menulis teks berita dengan pendekatan kontesktual komponen pemodelan, hal-hal yang ingin dikemukakan siswa berkaitan dengan pembelajaran menulis teks berita.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

1. Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes menulis teks berita pada siklus I dan II. Hasil tes ditulis secara persentase dengan langkah-langkah berikut ini.

a. merekap nilai yang diperoleh siswa.

b. menghitung nilai komulatif dari tugas-tugas siswa.

c. menghitung nilai rata-rata.

d. menghitung persentase.

Persentase ditulis dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan :

P : Nilai persentase

K : Nilai komulatif satu kelas

N : Nilai maksimal soal tes

S : Jumlah responden

P =

X 100%

K

N x S


62

Hasil perhitungan dari masing-masing siklus kemudian dibandingkan yaitu antara hasil siklus I dengan hasil siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan keterampilan menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

2. Teknik Kualitatif

Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data kualitatif yang diperoleh dari hasil nontes. Hasil analisis digunakan untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Hasil ini sebagai dasar untuk menentukan siswa yang akan diwawancarai selain hasil nilai tes. Hasil wawancara dipakai untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Hasil analisis tersebut sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis teks berita.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari observasi pada prasiklus, tindakan siklus I, dan tindakan siklus II. Hasil tes tindakan pada siklus I dan siklus II berupa keterampilan menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan hasil non tes berupa observasi, wawancara, dan jurnal.

4.1 Prasiklus

Pengukuran keterampilan menulis teks berita pada tes prasiklus adalah siswa mencari unsur-unsur berita 5W + H pada teks berita dan menulis teks berita dengan tema bebas sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes prasiklus digunakan untuk mengetahui keadaan awal keterampilan menulis teks berita.

Tabel 4 Hasil Keterampilan Menulis Teks Berita

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

Rata-rata

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

85-100

70-84

55-69

0-54

11

16

3

11

1010

1103

173

514

26,83

39,02

7,32

26,83

68,29%

Kategori Cukup

Jumlah

41

2800

100


64

Tabel 4 menunjukkan hasil keterampilan menulis teks berita sebelum dilaksanakan pembelajaran. Dari jumlah 41 siswa, yang memperoleh nilai dengan kategori sangat baik sebanyak 11 orang atau sebesar 26,83%, kategori baik sebanyak 16 siswa atau sebesar 39,02%, kategori cukup sebanyak 3 siswa atau 7,32%, kategori kurang sebanyak 11 siswa atau sebesar 26,83%.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks berita pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang termasuk dalam kategori cukup dan dianggap kurang maksimal. Perlu dilakukan pembelajaran siklus I sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita pada siswa.

4.2 Siklus I

Siklus I terdiri dari data tes dan non tes dengan hasil sebagai berikut. Data tes diperoleh dari keterampilan menulis teks berita pada tes siklus II yaitu hasil tes menulis teks berita dengan tema bebas setelah dilakukan pembelajaran pada siswa, sedangkan data nontes diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan guru selama pembelajaran berlangsung, wawancara terhadap siswa, dan jurnal yang diisi oleh siswa setelah pembelajaran berlangsung.

4.2.1 Data Tes

Data tes keterampilan menulis teks berita pada tes siklus I diperoleh dari hasil tes menulis teks berita dengan tema bebas setelah dilakukan pembelajaran pada siswa. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel 5 berikut.


65

Tabel 5 Hasil Keterampilan Menulis Teks Berita

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

Rata-rata

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

85-100

70-84

55-69

0-54

11

18

7

4

1005

1302

492

256

26,83

43,90

17,07

9,76

74,51%

Kategori Baik

Jumlah

41

3055

100

Tabel 5 menunjukkan peningkatan rata-rata skor dalam keterampilan menulis teks berita setelah melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Rata-rata skor pada siklus I ini menunjukan peningkatan dibandingkan dengan rata-rata skor pada prasiklus menjadi 74,51%. Nilai dengan kategori sangat baik meningkat menjadi 11 siswa atau sebesar 26,83%, siswa yang memperoleh skor dengan kategori baik sebanyak 18 siswa atau sebesar 43,90%, kategori cukup sebanyak 7 siswa atau 17,07%, kategori kurang sebanyak 4 siswa atau sebesar 9,76%.

Hasil tes dari masing-masing aspek di paparkan sebagai berikut.

1. Kelengkapan Isi Berita

Hasil tes kelengkapan isi berita pada siklus I dapat dilihat pada tabel 6 berikut.


66

Tabel 6 Hasil Kelengkapan Isi Berita

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

siswa

Rata-rata

Nilai

Persentase

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

30

25

20

15

19

12

10

-

570

300

400

-

29,27

24,39

46,34

-

26,09

86,99%

Kategori Sangat Baik

Jumlah

41

1070

100

Tabel 6 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek kelengkapan isi berita pada siklus I sebesar 26,09 atau 86,99%. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 19 orang atau sebesar 29,27%, kategori baik sebanyak 12 siswa atau sebesar 24,39%, kategori cukup sebanyak 10 siswa atau 46,34%, pada siklus I aspek ini tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks berita pada aspek kelengkapan termasuk dalam kategori sangat baik setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I. Jika dilihat dari frekuensi pemerolehan nilai masih terdapat 10 siswa yang mendapat nilai cukup sehingga perlu dilakukan pembelajaran siklus II.


67

2. Keruntututan Pemaparan

Hasil tes keruntututan pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami) pada siklus I dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7 Hasil Keruntututan Pemaparan

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

siswa

Rata-rata

Nilai

Persentase

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

15

10

5

3

12

10

19

-

180

100

95

-

29,27

24,39

46,34

-

9,88

65,85%

Kategori Cukup

Jumlah

41

405

100

Tabel 7 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek keruntututan pemaparan pada siklus I sebesar 9,88 atau 65,85%. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 12 orang atau sebesar 29,27%, kategori baik sebanyak 10 siswa atau sebesar 24,39%, kategori cukup sebanyak 19 siswa atau 46,34%, pada siklus I aspek ini tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks berita pada aspek keruntututan pemaparan termasuk dalam kategori cukup setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I. Jika dilihat dari kuantitas pemerolehan nilai


68

masih terdapat 19 siswa yang mendapat nilai cukup sehingga perlu dilakukan pembelajaran siklus II.

3. Penggunaan Kalimat

Hasil tes penggunaan kalimat pada siklus I dapat dilihat pada tabel 8 berikut.

Tabel 8 Hasil Penggunaan Kalimat

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

siswa

Rata-rata

Nilai

Persentase

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

15

10

5

3

7

26

8

-

105

260

40

-

17,07

63,41

19,51

-

9,88

65,85%

Kategori Cukup

Jumlah

41

405

100

Tabel 8 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek penggunaan kalimat pada siklus I sebesar 9,88 atau 65,85%. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 7 orang atau sebesar 17,07%, kategori baik sebanyak 26 siswa atau sebesar 63,41%, kategori cukup sebanyak 8 siswa atau 19,51%, pada siklus I aspek ini tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai kategori kurang.


69

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks berita pada aspek penggunaan kalimat pemaparan termasuk dalam kategori cukup setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I. Jika dilihat dari frekuensi pemerolehan nilai masih terdapat 8 siswa yang mendapat nilai cukup sehingga perlu dilakukan pembelajaran siklus II.

4. Kosakata yang Digunakan

Hasil tes kosakata yang digunakan adalah bahasa yang tepat pada siklus I dapat dilihat pada tabel 9 berikut.

Tabel 9 Hasil Kosakata yang Digunakan

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

siswa

Rata-rata

Nilai

Persentase

1

2

3

4

Sangat

Baik

Baik

Cukup

Kurang

15

10

5

3

13

27

1

-

195

270

5

-

31,71

65,85

2,44

-

11,46

76,42%

Kategori Baik

Jumlah

41

470

100

Tabel 9 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek kosakata yang digunakan adalah bahasa yang tepat pada siklus I sebesar 11,46 atau 76,42%. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 13 orang atau sebesar 31,71%, kategori baik sebanyak 27 siswa atau sebesar 65,85%, kategori


70

cukup sebanyak 1 siswa atau sebesar 2,44%, pada siklus I aspek ini tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks berita pada aspek kosakata yang digunakan termasuk dalam kategori baik setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I. Jika dilihat dari kuantitas pemerolehan nilai masih terdapat 1 siswa yang mendapat nilai cukup sehingga perlu dilakukan pembelajaran siklus II.

5. Kemenarikan Judul

Hasil tes kemenarikan judul pada siklus I dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 10 Hasil Kemenarikan Judul

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

siswa

Rata-rata

Nilai

Persentase

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

10

8

6

4

24

14

3

-

240

112

18

-

58,54

34,15

7,32

-

8,54

85,36%

Kategori Sangat Baik

Jumlah

41

350

100

Tabel 10 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek kemenarikan judul pada siklus I sebesar 8,54 atau 85,36%. Siswa yang


71

memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 24 orang atau sebesar 58,54%, kategori baik sebanyak 14 siswa atau sebesar 34,15%, kategori cukup sebanyak 3 siswa atau 7,32%, pada siklus I aspek ini tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks berita aspek kemenarikan judul termasuk dalam kategori sangat baik setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I. Jika dilihat dari kuantitas pemerolehan nilai masih terdapat 3 siswa yang mendapat nilai cukup sehingga perlu dilakukan pembelajaran siklus II.

6. Ketepatan Penggunaan Ejaan dalam Berita

Hasil tes ketepatan penggunaan ejaan dalam berita pada siklus I dapat dilihat pada tabel 11 berikut.

Tabel 11 Hasil Ketepatan Penggunaan Ejaan dalam Berita

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

siswa

Rata-rata

Nilai

Persentase

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

15

10

5

3

-

30

11

-

-

300

55

-

-

73,17

26,83

-

8,66

57,72%

Kategori Cukup

Jumlah

41

355

100


72

Tabel 11 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita pada siklus I sebesar 8,66 atau 57,72%. Tidak terdapat siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik, kategori baik sebanyak 30 siswa atau sebesar 73,17%, kategori cukup sebanyak 11 siswa atau sebesar 26,83%, tidak terdapat siswa yang memperoleh skor dengan kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks berita aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita termasuk dalam kategori cukup setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I. Jika dilihat dari kuantitas pemerolehan nilai masih terdapat 11 siswa yang mendapat nilai cukup sehingga perlu dilakukan pembelajaran siklus II yang lebih menekankan pada perbaikan dari aspek ini.

4.2.2 Data Nontes

Pemerolehan data yang bersifat nontes pada proses pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus I adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Data observasi pembelajaran siklus I diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Guru mengamati perilaku pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 12 berikut.


73

Tabel 12 Hasil Observasi Siklus I

Kategori

dan nilai

Kerja sama kelompok

Keaktifan tugas

Keseriusan pelajaran

Keseriusan model

Tanggapan teknik

sharing

Menyenangkan

Sangat baik nilai 4

18

43,90

16

39,02

19

46,34

23

50,09

11

26,83

5

12,19

1

2,44

Baik

nilai 3

12

29,27

16

39,02

6

14,63

10

24,39

12

29,27

10

24,39

20

48,78

Cukup

nilai 2

7

17,07

9

21,95

9

21,95

8

19,51

3

7,32

19

46,34

18

43,90

Kurang

nilai 1

4

9,76

-

-

7

17,07

-

-

15

36,59

7

17,07

2

4,88

Jumlah

126

130

119

138

101

95

102

Rata-rata

3,07

3,17

2,90

3,37

2,46

2,32

2,49

%

76,83

79,27

72,56

84,15

61,59

57,93

62,19

Observasi dilakukan selama dalam proses pembelajaran berlangsung, dari hasil observasi tersebut dapat diketahui bahwa tingkat persentase siswa yang melakukan kerjasama dengan kelompok 76,83%, mengerjakan tugas 79,27%, serius dalam mengikuti pembelajaran 72,56%, serius dalam mengamati model 84,15%, sikap siswa terhadap teknik pembelajaran 61,59%, sharing dengan teman 57,93%, dan pembelajaran menyenangkan 62,19%.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada 6 siswa dengan perbandingan 2 siswa bernilai paling tinggi, 2 siswa dengan nilai sedang atau rata-rata, dan 2 siswa


74

dengan nilai paling rendah. Wawancara ini dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dan telah diketahui hasil akhir atau skor siswa dalam mengerjakan tugas.

Siswa yang mempunyai nilai tinggi menyatakan bahwa selama ini berminat dengan pembelajaran menulis dan telah masuk dalam kepengurusan mading di sekolah, dua orang menyatakan sedikit senang atau biasa saja karena pelajaran menulis sama saja dengan pelajaran yang lainnya, dan dua yang lainnya menyatakan tidak berminat dengan pembelajaran menulis karena pelajaran mengarang adalah palajaran yang sulit. Mereka pernah menulis teks berita ketika mengisi Mading di sekolah, dan mereka merupakan pengurus Mading di sekolah. pengurus Mading, empat siswa yang lain menjawab belum pernah. Siswa yang mempunyai nilai sedang merasa senang dengan pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan karena dapat meningkatkan keterampilan menulis teks berita. Mereka belum pernah menulis teks berita sebelumnya. Bagi siswa yang mempunyai nilai rendah, mereka menyatakan bahwa mereka belum pernah menulis teks berita sebelumnya.

Bagi mereka yang mempunyai nilai tinggi dan sedang pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat membiasakan bersikap kritis, dan melatih berbicara di depan kelas, dan satu orang yang menyatakan biasa saja karena terlalu banyak latihan dan tugas untuk mengarang.

Dengan dihadirkannya model yang berupa contoh teks berita mereka termotivasi dan terbantu dalam membuat teks berita. Siswa yang mempunyai nilai tinggi dan sedang, mereka merasa terbantu karena mengakui bahwa sebelumnya


75

yang tidak bisa menjadi bisa dan yang dan dua siswa menjawab tidak terbantu karena masih saja tidak bisa.

Siswa yang mempunyai nilai tinggi juga menyatakan telah menemukan sendiri pengetahuan tentang teks berita dari contoh teks berita yang diberikan, satu siswa yang nilainya rendah menyatakan sedikit, dan tiga siswa menyatakan tidak menemukan sendiri atau dibantu oleh teman dan guru.

Mereka mengaku bahwa setelah diminta menulis berita mereka termotivasi ingin jadi wartawan, menulis teks berita ternyata mudah, dan empat siswa merasa sulit. Berdasarkan wawancara terhadap 6 siswa, mereka mengungkapkan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis adalah mencari tema, membebedakan unsur apa dan bagaimana, mencari unsur teks berita, dan satu siswa menyatakan sulit semua.

Setelah pembelajaran, yang diinginkan siswa antara lain: satu siswa ingin jadi wartawan, satu siswa menghendaki model atau contohnya jangan terlalu sulit, dua siswa ingin mengulang agar nilainya lebih baik, dan dua siswa ingin dijelaskan oleh guru agar lebih jelas. Saran yang diberikan oleh siswa tentang pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan adalah memperbanyak contoh dan modelnya, agar siswa diberi kesempatan ke perpustakaan untuk mencari contoh teks beita, guru menerangkan tidak terlalu cepat guru memberi ekstra pelajaran kepada siswa yang kurang mampu.

Pendapat yang diberikan oleh siswa tentang contoh teks berita yang diberikan guru addalah agar contohnya lebih bervariasi, agar contoh tidak satu


76

lembar tetapi satu majalah atau koran, agar contohnya tentang kejadian besar, agar contohnya lebih banyak , agar contohnya tidak terlalu sulit, dan kelompok diacak agar siswa yang kurang mampu menjadi terbantu.

3. Jurnal

Jurnal yang diisi oleh siswa menunjukan bahwa mereka merasa senang dengan pembelajaran teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen modeling. Hal ini dapat dibuktikan bahwa sebanyak 37 siswa atau 90,24% menjawab senang mengikuti pembelajaran, 2 siswa atau 4,88% menjawab tidak senang dan 2 siswa atau 4,88% tidak berkomentar. Sebanyak 9 siswa atau 21,95% tidak merasa kesulitan atau tidak berkomentar dan sebanyak 32 siswa atau 78,04% menyatakan kesulitan yang dihadapi adalah ketika mencari unsur-unsur 5W +H di dalam teks berita, mencari tema atau judul ketika akan menulis teks berita, dan menulis teks berita. 15 siswa atau 36,58% menghendaki ingin ke perpustakaan untuk pembelajaran yang akan datang, sebanyak 5 siswa atau 12,19% yang merasa sudah sangat senang dengan pembelajaran hari ini, dan yang lain tidak berkomentar. Banyak sekali hal yang dikemukakan oleh siswa berkenaan dengan pembelajaran yang diikuti antara lain: dapat menambah pengetahuan tentang teks berita, bertambah wawasan karena membaca berita, menemukan kemudahan dalam menulis teks berita.


77

4.3 Siklus II

Pada siklus II terdapat data tes dan nontes. Data tes diperoleh dari keterampilan menulis teks berita pada tes siklus II yaitu hasil tes menulis teks berita dengan tema bebas setelah dilakukan pembelajaran pada siswa, sedangkan data nontes diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan guru selama pembelajaran berlangsung, wawancara terhadap siswa, dan jurnal yang diisi oleh siswa setelah pembelajaran berlangsung.

4.3.1 Data Tes

Hasil tes keterampilan menulis teks berita pada tes siklus II adalah menulis teks berita dengan tema bebas setelah dilakukan pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel 13 berikut.

Tabel 13 Hasil Keterampilan Menulis Teks Berita

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

Rata-rata

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

85-100

70-84

55-69

0-54

22

11

5

3

1991

842

316

159

53,66

36,83

12,19

7,32

80,68%

Kategori Baik

Jumlah

41

3308

100

Tabel 13 menunjukkan peningkatan rata-rata skor dalam keterampilan menulis teks berita setelah melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus II. Rata-rata skor yang dicapai pada siklus II


78

sebesar 86.93%, ini menunjukan peningkatan dibandingkan dengan rata-rata skor pada siklus I. Nilai dengan kategori sangat baik meningkat menjadi 22 siswa atau sebesar 53,56%, siswa yang memperoleh skor dengan kategori baik sebanyak 11 siswa atau sebesar 36,83%, kategori cukup sebanyak 5 siswa atau 12,19%, dan 3 siswa atau 7,32% yang memperoleh nilai kategori kurang.

Hasil tes dari masing-masing aspek dipaparkan sebagai berikut.

1 Kelengkapan Isi Berita

Hasil tes kelengkapan isi berita pada siklus II dapat dilihat pada tabel 14 berikut.

Tabel 14 Hasil Kelengkapan Isi Berita

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

siswa

Rata-rata

Nilai

Persentase

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

30

25

20

15

24

9

8

-

720

225

160

-

58,54

21,95

19,51

-

26,95

89,84%

Kategori Sangat Baik

Jumlah

41

1105

100

Tabel 14 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H) pada siklus II sebesar 26,95 atau 89,84%. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 24 orang atau sebesar 58,54%, kategori baik sebanyak 9 siswa atau sebesar 21,95%,


79

kategori cukup sebanyak 8 siswa atau 19,51%, pada siklus II aspek ini tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks berita pada aspek kelengkapan termasuk dalam kategori sangat baik setelah mendapat penekanan aspek kelengkapan dalam pembelajaran siklus II. Jika dilihat dari frekuensi pemerolehan nilai cukup berkurang menjadi 8 siswa setelah dilakukan pembelajaran siklus II.

2 Keruntututan Pemaparan

Hasil tes keruntututan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 15 berikut.

Tabel 15 Hasil Keruntututan Pemaparan

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

siswa

Rata-rata

Nilai

Persentase

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

15

10

5

3

19

14

8

-

285

140

40

-

46,34

34,15

19,51

-

11,34

75,61%

Kategori Baik

Jumlah

41

465

100

Tabel 15 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek keruntututan pemaparan pada siklus II sebesar 11,34 atau 75,61%. Siswa yang


80

memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 19 orang atau sebesar 46,34%, kategori baik sebanyak 14 siswa atau sebesar 34,15%, kategori cukup sebanyak 8 siswa atau 19,51%, pada siklus II aspek ini tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks berita pada aspek keruntututan pemaparan termasuk dalam kategori baik setelah mendapat penekanan aspek keruntututan pemaparan dalam pembelajaran siklus II. Jika dilihat dari frekuensi pemerolehan nilai cukup berkurang menjadi 8 siswa setelah dilakukan pembelajaran siklus II.

3 Penggunaan Kalimat

Hasil tes penggunaan kalimat pada siklus II dapat dilihat pada tabel 16 berikut.

Tabel 16 Hasil Penggunaan Kalimat

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

siswa

Rata-rata

Nilai

Persentase

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

15

10

5

3

17

17

7

-

255

170

35

-

41,46

41,46

17,07

-

11,22

74,8%

Kategori Baik

Jumlah

41

460

100


81

Tabel 16 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek penggunaan kalimat ( singkat dan jelas) pada siklus II sebesar 11,22 atau 74,8%. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 17 orang atau sebesar 41,46%, kategori baik sebanyak 17 siswa atau sebesar 41,46%, kategori cukup sebanyak 7 siswa atau 17,07%, pada siklus II aspek ini tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks berita pada aspek penggunaan kalimat ( singkat dan jelas) termasuk dalam kategori baik setelah mendapat penekanan aspek penggunaan kalimat dalam pembelajaran siklus II. Jika dilihat dari frekuensi pemerolehan nilai cukup berkurang menjadi 7 siswa setelah dilakukan pembelajaran siklus II.

4 Kosakata yang Digunakan

Hasil tes kosakata yang digunakan adalah bahasa yang tepat pada siklus II dapat dilihat pada tabel 17 berikut.

Tabel 17 Hasil Kosakata yang Digunakan

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

siswa

Rata-rata

Nilai

Persentase

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

15

10

5

3

19

22

-

-

285

220

-

-

46,34

53,66

-

-

12,07

80,49%

Kategori Sangat Baik

Jumlah

41

495

100


82

Tabel 17 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek kosakata yang digunakan adalah bahasa yang tepat pada siklus II sebesar 12,07 atau 80,49%. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 19 orang atau sebesar 46,34%, kategori baik sebanyak 22 siswa atau sebesar 53,66%, pada siklus II aspek ini tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai kategori cukup dan kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks berita pada aspek kosakata yang digunakan adalah bahasa yang tepat termasuk dalam kategori sangat baik setelah mendapat penekanan aspek kosakata yang digunakan dalam pembelajaran siklus II. Jika dilihat dari frekuensi pemerolehan nilai cukup berkurang menjadi tidak ada setelah dilakukan pembelajaran siklus II.

5 Kemenarikan Judul

Hasil tes kemenarikan judul pada siklus II dapat dilihat pada tabel 18 berikut.


83

Tabel 18 Hasil Kemenarikan Judul

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

siswa

Rata-rata

Nilai

Persentase

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

10

8

6

4

18

10

3

-

180

80

18

-

43,90

24,39

7,32

-

8,73

87.32%

Kategori Sangat Baik

Jumlah

41

358

100

Tabel 18 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek kemenarikan judul pada siklus II sebesar 8,73 atau 87.32%. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 18 orang atau sebesar 43,90%, kategori baik sebanyak 10 siswa atau sebesar 24,39%, kategori cukup sebanyak 3 siswa atau 7,32%, pada siklus I aspek ini tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks berita pada aspek kemenarikan judul termasuk dalam kategori sangat baik setelah mendapat penekanan aspek kemenarikan judul dalam pembelajaran siklus II. Jika dilihat dari frekuensi pemerolehan nilai cukup berkurang menjadi tidak ada setelah dilakukan pembelajaran siklus II.


84

7. Ketepatan Penggunaan Ejaan dalam Berita

Hasil tes ketepatan penggunaan ejaan dalam berita pada siklus II dapat dilihat pada tabel 19 berikut.

Tabel 19 Hasil Ketepatan Penggunaan Ejaan dalam Berita

No.

Kategori

Interval

Frekuensi

Bobot Skor

%

siswa

Rata-rata

Nilai

Persentase

1

2

3

4

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

15

10

5

3

-

33

7

1

-

330

35

3

-

80,48

17,07

2,44

9,27

61,79%

Kategori Cukup

Jumlah

41

380

100

Tabel 19 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita pada siklus II sebesar 9,27 atau 61,79%. Tidak terdapat iswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik, kategori baik sebanyak 33 siswa atau sebesar 80,48%, kategori cukup sebanyak 7 siswa atau sebesar 17,07%, kategori baik sebanyak 3 siswa atau sebesar 2,44%.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks berita pada aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita termasuk dalam kategori sangat baik setelah mendapat penekanan aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita dalam pembelajaran siklus II. Jika dilihat dari frekuensi pemerolehan nilai kurang menjadi 1 siswa setelah dilakukan pembelajaran siklus II.


85

4.3.2 Data Nontes

Pemerolehan data yang bersifat nontes pada proses pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen modeling pada siklus II adalah:

1. Observasi

Data observasi pembelajaran siklus II diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 20 berikut.

Tabel 20 Hasil Observasi Siklus I

Kategori

dan nilai

Kerja sama kelompok

Keaktifan tugas

Keseriusan pelajaran

Keseriusan model

Tanggapan teknik

sharing

Menyenangkan

Sangat baik nilai 4

22

53,66

15

36,59

25

60,98

26

63,41

11

26,83

5

12,20

3

7,32

Baik nilai 3

11

26,83

21

51,22

9

21,95

14

34,15

17

41,46

15

36,59

25

Cukup nilai 2

8

18,52

5

12,20

7

17,07

1

2,44

13

31,71

12

29,27

11

26,83

Kurang nilai 1

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

9

21,95

2

4,88

Jumlah

137

133

141

148

121

98

111

Rata-rata

3,34

3,24

3,44

3,61

2,95

2,39

2,71

%

83,54

81,08

85,97

90,24

73,28

54,76

67,68

Observasi dilakukan selama dalam proses pembelajaran berlangsung, dari hasil observasi tersebut dapat diketahui bahwa tingkat persentase siswa yang melakukan kerjasama dengan kelompok 83,54%, mengerjakan tugas 81,08%,


86

aktif dan serius dalam mengikuti pembelajaran 85,97%, serius dalam mengamati model 90,24%, sikap siswa terhadap teknik pembelajaran ada 73,28%, sharing dengan teman 54,76%, dan pembelajaran menyenangkan 67,68%.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada 6 siswa dengan perbandingan 2 siswa bernilai paling tinggi, 2 siswa dengan nilai sedang atau rata-rata, dan 2 siswa dengan nilai paling rendah. Apabila terdapat nilai lebih dari dua siswa pada nilai tertinggi, sedang dan nilai terendah, maka diusahaka dipilih narasumber yang belum diwawancari pada siklus I untuk menghindari kesamaan data dan hasil yang sama terhadap siklus I. Wawancara ini dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dan telah diketahui hasil akhir atau skor siswa dalam mengerjakan tugas.

Siswa yang mempunyai nilai tinggi dan sedang menyatakan bahwa selama ini berminat dengan pembelajaran menulis karena anggapan bahwa menulis atau mengarang itu sudah tidak sulit, dan siswa yang mempunyai nilai rendah menyatakan tidak berminat dengan pembelajaran menulis karena masih belum mendapat nilai yang baik. Siswa sudah pernah menulis teks berita dengan melalui pembelajaran kontekstual.

Siswa yang mempunyai nilai tinggi, sedang, dan rendah menyatakan senang dengan pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan hanya yang dilakukan pada siklus II ini karena terdapat variasi dalam pembelajaran, tidak membosankan dengan terus-menerus di kelas,


87

lebih santai. Dengan dihadirkannya model teks berita, siswa juga termotivasi dan terbantu dalam membuat teks berita. Semua siswa menjawab terbantu karena banyak sekali odel atau contoh yang diberikan guru.

Dengan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan semua siswa menyatakan telah menemukan sendiri pengetahuan tentang teks berita dari contoh teks berita yang diberikan. Siswa juga mengungkapkan perasaannya setelah diminta menulis berita yaitu mula-mula sulit menulis teks berita tetapi sekarang bisa, satu siswa menjadi tertarik menulis, dan tiga siswa hanya menjawab senang karena terhibur dengan pembelajaran siklus II.

Kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis adalah dua siswa merasa kesulitan untuk mengawali menulis, dua siswa menentukan judul, dan dua siswa pada menyusun kalimat teks berita. Setelah pembelajaran, yang diinginkan siswa antara lain dua siswa menginginkan lebih mempelajari tentang teknik membuat berita, satu siswa ingin jadi wartawan terkenal, satu siswa menberi pernyataan ingin mengabadikan nilainya karena sudah bisa membuat teks berita dan dua siswa lainnya ingin mengulang lagi. Pendapat yang diberikan oleh siswa tentang pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan adalah siswa lebih bebas dan kreatif, menginginkan teknik pembelajaran ini diterapkan pada materi yang lain, dan hari ini jauh lebih baik daripada kemarin.

Pendapat yang diberikan oleh siswa tentang contoh teks berita yang diberikan guru adalah siswa mencari sendiri contoh teks berita dan lebih banyak sehingga lebih bervariasi, siswa lebih termotivasi untuk membaca karena dengan


88

membaca siswa akan banyak pengetahuan sehingga belajar teks berita sekaligus baca berita, pembelajaran hari ini jauh lebih baik karena siswa lebih aktif dan mandiri, siswa lebih berani dalam menyatakan pendapatnya, membiasakan ke perpustakaan, siswa lebih bebas mencari contoh teks berita, dan banyak membaca banyak ilmunya.

3. Jurnal

Jurnal yang diisi oleh siswa menunjukan bahwa mereka merasa senang dengan pembelajaran teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen modeling. Hal ini dapat dibuktikan bahwa semua siswa menjawab senang mengikuti pembelajaran. Sebanyak 31 siswa atau 75,61% tidak merasa kesulitan atau tidak berkomentar dan sebanyak 10 siswa atau 24,39% menyatakan kesulitan yang dihadapi adalah ketika memulai menulis berita dan menyusun kalimat yang baik dan benar. Banyak sekali hal yang dikemukakan oleh siswa berkenaan dengan pembelajaran yang diikuti antara lain dapat menambah pengetahuan tentang teks berita, membiasakan untuk mengunjungi perpustakaan, bertambah wawasan karena membaca berita, menemukan kemudahan dalam menulis teks berita, sambil menyelam minum air.

4.4 Pembahasan

Setelah dilakukan analisis data tes dan nontes diperoleh kenyataan bahwa pembelajaran teks berita dengan pendekatan kontektual komponen


89

pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis teks berita siswa kelas VIIIA SMP Negeri I kajoran Kabupaten Magelang.

Pembahasan hasil penelitian mengacu pada pemeroleh skor yang dicapai siswa dalam tes keterampilan menulis. Aspek yang dinilai dalam keterampilan menulis teks berita ini adalah 6 aspek yang meliputi (1) kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H); (2) keruntututan pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami); (3) penggunaan kalimat (singkat dan jelas); (4) kosakata yang digunakan adalah bahasa yang tepat; (5) kemenarikan judul; dan (6) ketepatan penggunaan ejaan dalam berita.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pada tahap prasiklus dilaksanakan tes menemukan unsur-unsur 5W + H dan menuliskan teks berita sebelum dilaksanakan pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Sedangkan pada tahap siklus I dan siklus II juga dilaksanakan tes untuk menuliskan teks berita setelah dilaksanakan pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

4.4.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita

Secara lengkap peningkatan setiap aspek keterampilan menulis teks berita siswa kelas VIIIA dapat dilihat pada tabel 21.


90

Tabel 21 Rekapitulasi Rata-Rata Pencapaian Keterampilan

PENCAPAIAN KETERAMPILAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN

Siklus

Pra

Siklus I

Siklus II

Pra-I

%

I-II

%

Pra-II

%

Kelengkapan isi berita

24,76

26,09

26,95

1,33

5,37

0,86

3,30

2,19

8,84

Keruntututan pemaparan

9,51

9,88

11,34

0,37

3,89

1,46

14,78

1,83

19,24

Penggunaan kalimat

6,58

9,88

11,22

3,3

50,15

1,34

13,56

4,64

70,52

Kosakata

10,61

11,46

12,07

0,85

8,01

0,61

5,32

1,46

13,76

Kemenarikan judul

8,29

8,54

8,73

3,25

61,44

0,19

2,22

0,44

5,30

Ejaan dalam berita

8,54

8,66

6,17

0,12

1,40

2,49

28,75

2,37

27,75

Jumlah

68,29

74,51

80,68

9,22

13,50

6,92

9,29

12,93

18,39

Berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran menulis teks berita dapat dikatakan ada peningkatan dari prasiklus, siklus I, siklus II. peningkatan keterampilan menulis teks berita tersebut berdasarkan tes yang dilakukan pada siklus I dan siklus ke II. Setelah siswa mengikuti pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan keterampilan menulis teks berita meningkat secara bertahap. Keterampilan menulis teks berita siswa pada siklus pertama sudah mengalami perubahan. Pada prasiklus nilai skor rata-rata setiap aspek adalah sebagai berikut: aspek kelengkapan isi berita adalah 24,76; aspek keruntutan pemaparan adalah 9,51; aspek penggunaan kalimat sebesar 6,58; aspek kosakata sebesar 10,61; aspek kemenarikan judul sebesar 8,29; aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita


91

sebesar 8,54. Hasil tes menulis teks berita pada siklus yang pertama, para siswa dapat mencapai rata-rata pada setiap unsurnya yaitu yang pertama, aspek kelengkapan isi berita adalah 26,09; aspek keruntutan pemaparan adalah 9,88; aspek penggunaan kalimat sebesar 9,88; aspek kosakata sebesar 11,61; aspek kemenarikan judul sebesar 8,54; aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita sebesar 8,66. Terjadi kenaikan pada aspek kelengkapan isi berita sebesar 1,33 atau 5,37%; aspek keruntutan pemaparan sebesar 0,37 atau 3,89%; aspek penggunaan kalimat sebesar 3,3 atau 50,15%; aspek kosakata sebesar 0,85 atau 8,01%; aspek kemenarikan judul sebesar 3,25 atau 0,19%; aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita sebesar 0,12 atau 1,40% pada siklus pertama.

Setelah dilakukan pembelajaran pada tahap siklus I, ternyata terjadi peningkatan nilai yang diperoleh siswa, yaitu 11 siswa atau 26,83% mendapat nilai sangat baik, 18 siswa atau 43,90% mendapat nilai sedang, 7 siswa atau 17,07% dengan nilai cukup, dan 4 siswa ata 9,76% mendapat nilai kurang. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 74,51. Dari hasil siklus I masih perlu dilaksanakan pembelajaran siklus II untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita yang meliputi enam aspek tetapi lebih menekankan aspek penggunaan ejaan yang disempurnakan.

Hasil tes dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan pada setiap aspeknya. Pada siklus I aspek kelengkapan isi berita adalah 26,09. Pada siklus II sebesar 26,95. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan 0,86 atau 3,30%. Pada aspek keruntutan pemaparan siklus I sebesar 9,88. Sedangkan pada siklus II sebesar 11,34. Ada peningkatan 3,89 atau 1,46%. Aspek penggunaan


92

kalimat pada siklus I sebesar 9,88. pada siklus II sebesar 11,22. Ada kenaikan sebesar 1,34 atau 13,56%. Aspek kosakata pada siklus I sebesar 11,46. Sedangkan pada siklus II sebesar 12,07. Hal ini menunjukkan bahwa ada kenaikan sebesar 5,32%. Aspek kemenarikan judul pada siklus Isebesar 8,54. Sedangkan pada siklus II sebesar 8,73. Ada kenaikan sebesar 0,19. Aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita pada siklus I sebesar 8,66. Sedangkan pada siklus II sebesar 6,17. Ada kenaikan sebesar 2,49 atau 28,75%. Terjadi kenaikan pada aspek kelengkapan isi berita sebesar 1,33 atau 5,37%; aspek keruntutan pemaparan sebesar 0,37 atau 3,89%; aspek penggunaan kalimat sebesar 3,3 atau 50,15%; aspek kosakata sebesar 0,85 atau 8,01%; aspek kemenarikan judul sebesar 3,25 atau 0,19%; aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita sebesar 0,12 atau 0,12% pada siklus kedua. Peningkatan tersebut disebabkan oleh faktor latihan menulis teks berita yang terus menerus, minat, motivasi, dan model pembelajaran, seta metode yang digunakan dalam pembelajaran, penekanan atau fokus pemebelajaran dari setiap aspek.

Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus II terjadi peningkatan dibandingkan pada prasiklus. Pada siklus II aspek kelengkapan isi berita sebesar 26,95. Aspek kelengkapan isi berita pada pra siklus 24,76. ada kenaikan sebesar 2,19 atau 8,84%. Pada aspek keruntutan pemaparan pada siklus II sebesar 11,34. sedangkan pada prasiklus sebesar 9,51. ada kenaikan sebesar 1,83 atau 19,24%. Aspek penggunaan kalimat pada siklus II sebesar 11,22. Pada prasiklus sebesar 6,58. Ada kenaikan sebesar 4,64 atau 70,52%. Aspek kosakata pada siklus II sebesar 12,07. pada pra siklus 10,61. Hal ini menunjukkan bahwa ada kenaikan


93

sebesar 1,46 atau 13,76%. Aspek kemenarikan judul pada siklus II sebesar 8,73. sedangkan pada prasiklus sebesar 8,29. Ada kenaikan sebesar 0,44 atau 5,30%. Aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita pada siklus II sebesar 6,17. sedangkan pada prasiklus sebesar 8,54. Ada kenaikan sebesar 2,37 atau 27,75%.

4.4.2 Perubahan Perilaku siswa

Pada tahap prasiklus sebagian siswa mengeluh ketika diberikan tugas untuk mengeluh karena tidak percaya diri untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru yaitu menulis teks berita. Namun ketika dilaksanakan pembelajaran pada siklus I, siswa lebih bersemangat dan bisa menerima pembelajaran dengan baik sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan diikuti oleh siswa dengan bersemangat. Dari jurnal yang dibagikan dan hasil observasi guru pada siklus I dan siklus II, diperoleh data bahwa dengan pembelajaran teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa merasa senang dengan pembelajaran ini, siswa lebih bersemangat, aktif, dan lebih mandiri dalam mengerjakan tugasnya. Siswa merasa lebih percaya diri dalam mengerjakan tugas, dan tidak mengeluhkan tugas tersebut.

Secara umum perubahan tingkah laku siswa selama pembelajaran pada siklus I dan siklus II yang diperoleh dari hasil pengamatan atau observasi selam proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat pada tabel 22 berikut.


94

Tabel 22 rekapitulasi Hasil Observasi

ASPEK

PERILAKU SISWA

PERUBAHAN POSITIF PERILAKU SISWA

SIKLUS I

SIKLUS II

PENINGKATAN

%

Kerja sama kelompok

126

137

11

8,73

Keaktifan tugas

130

133

3

2,31

Keseriusan pelajaran

119

141

22

18,49

Keseriusan mengamati model

138

148

10

7,25

Tanggapan pembelajaran

101

121

10

9,9

Sharing

95

98

3

3,16

Pembelajaran menyenangkan

102

111

9

8,82

Jumlah

811

889

68

8,38

Dilihat dari tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran tahap siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat mengubah tingkah laku siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang perubahan tingkah laku siswa


95

yang terjadi adalah perubahan positif. Terjadi peningkatan dari setiap aspek, aspek kerja sama dengan kelompok 8,73%, aspek keaktifan mengerjakan tugas sebesar 2,31%, aspek keaktifan dan keseriusan mengikuti pelajaran sebesar 18,49%, aspek keseriusan mengamati model sebesar 7,25%, aspek sikap atau tanggapan terhadap teknik pembelajaran sebesar 9,9%, sharing dengan teman sebesar 3,16%, dan aspek pembelajaran menyenangkan sebesar 8,38%. Siswa yang semula tidak menyukai materi menulis teks berita menjadi lebih tertarik dan bersemangat untuk menulis teks berita.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan, penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

Keterampilan menulis teks berita pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang setelah menggunakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan meningkat sebesar 12,39%. Peningkatan rata-rata skor terjadi dalam keterampilan menulis teks berita setelah melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Rata-rata skor pada pra siklus adalah 68,29%, sedangkan siklus I menunjukan peningkatan sebesar 6,92% dari rata-rata skor pada prasiklus yaitu menjadi 74,51%. Rata-rata skor yang dicapai pada siklus II adalah sebesar 80,68%.

Pada tahap prasiklus sebagian siswa mengeluh ketika diberikan tugas untuk mengeluh karena tidak percaya diri untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru yaitu menulis teks berita. Siswa sudah tidak senang dan merasa tidak bisa sebelum mereka mengerjakannya. Namun ketika dilaksanakan pembelajaran pada siklus I, siswa lebih bersemangat dan bisa menerima pembelajaran dengan baik sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan diikuti oleh siswa dengan bersemangat.

Dari jurnal yang dibagikan dan hasil observasi guru pada siklus I, diperoleh data bahwa dengan pembelajaran teks berita dengan pendekatan


97

kontekstual komponen modeling siswa lebih senang dan aktif mengikuti pembelajaran. Siswa lebih termotivasi dan merasa lebih mudah mampelajari teks berita.

Pada tahap siklus II, selain siswa dibagikan jurnal, guru juga memantau dengan data observasi. Dari data tesebut dapat diketahui bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran ini, siswa lebih bersemangat, aktif, dan lebih mandiri dalam mengerjakan tugasnya. Siswa merasa lebih percaya diri dalam mengerjakan tugas, dan tidak mengeluhkan tugas tersebut.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk Guru

a. Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya menggunakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam kegiatan menulis teks berita.

b. Guru hendaknya melatih siswa untuk gemar menulis dengan memberikan latihan membuat kalimat ejaan dan tanda baca yang benar.

2. Untuk Siswa

a. Siswa hendaknya menggunakan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan merupakan cara yang tepat untuk melatih siswa dalam menulis teks berita.


98

b. Siswa hendaknya selalu mengikuti pembelajaran dengan baik dan berlatih menulis khusunya teks berita.

3. Untuk Peneliti

Kepada peneliti hendaknya melakukan penelitian lanjutan dari penelitian ini dengan aspek yang lain, untuk khasanah ilmu bahasa dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Ardiana, dkk. 2002. Pelatihan Terintegerasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia: Menulis, Modul IND. A.o4. Jakarta: Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Asrom, dkk. 1997. Dari Narasi Hingga Argumentasi. Erlangga. Jakarta

Astuti, dwi. 2004 Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Bagiyo, Thomas. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama dengan Teknik Modeling pada Siswa-siswi Kelas IV D PL Bernadus Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Depdiknas. 2002. Program Peningkatan Mutu SLTP. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

------------- 2003a. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

------------- 2003b. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawitah. Jakarta: Depdiknas.

------------- 2003c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Depdiknas.

------------- 2003d. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

------------- 2003e. Rencana Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SLTP Kelas 2. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.


100

------------- 2004. Pendekatan Kontekstual: Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Djuroto, Totok. 2003. Teknik Mencari & Menulis Berita. Semarang: Dahar Prize.

Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Nursito. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa.

Semi, Atar .1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.

Siregar, Ras. 1992. Bahasa Pers Bahasa Indonesia Jurnalistik: Kerangka Teori Dasar. Jakarta: PT Grafikatama Jaya.

Subyantoro, Bambang Hartono. 2003. “Pengembangan Kemampuan Berbicara, Membaca, dan Menulis”. Makalah disajikan pada Pelatihan Teritegrasi berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2003.

Sukris. 2000 Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Narasi Melalui Media Rekacerita Bergambar Siswa Kelas IIE SLTP N 3 Jekulo. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Suriamiharja, dkk. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Suryanto.2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Teknik Modelling pada Siswa Kelas II SLTP I Sukorejo Kendal. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

bloguez.com